Kamis 28 Jan 2021 21:54 WIB

Langkah RI Soal Iklim Disambut PM Inggris

Jokowi hadiri KTT global pertama yang hanya fokus pada adaptasi perubahan iklim.

Ketua Global Center on Adaptation, Ban Ki-moon, hadir dalam KTT Adaptasi Iklim, 25-26 Januari.
Foto: SEM VAN DER WAL/EPA-EFE
Ketua Global Center on Adaptation, Ban Ki-moon, hadir dalam KTT Adaptasi Iklim, 25-26 Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Indonesia ikut terlibat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Adaptasi Iklim atau Climate Adaptation Summit (CAS) yang digelar pertama kalinya di Belanda, 25-26 Januari. Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya hadir dalam KTT virtual tersebut. Saat itu, Jokowi mengatakan negara kepulauan seperti Indonesia adalah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. 

CAS adalah KTT global pertama yang hanya fokus pada adaptasi dan ketahanan perubahan iklim. Dalam KTT ini, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meluncurkan Koalisi Aksi Adaptasi. Koalisi ini digalang Inggris dalam kemitraan dengan Mesir, Bangladesh, Malawi, Belanda, Santa Lucia, dan PBB. 

“Tidak dapat disangkal bahwa perubahan iklim sudah menimpa kita dan telah menghancurkan kehidupan dan ekonomi. Kita harus beradaptasi dengan iklim kita yang berubah, dan kita harus melakukannya sekarang," kata Johnson, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (28/1).

KTT ini juga dihadiri ketua Global Center on Adaptation, Ban Ki-moon. Ban sebelumnya menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB. 

Adaptasi perubahan iklim berarti mengantisipasi dampak merugikan dari perubahan iklim dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah atau meminimalisir resiko yang dapat ditimbulkan oleh dampak itu. Ini mencakup penggunaan sumber daya air secara lebih efisien untuk mencegah kelangkaan air, membangun pertahanan demi mencegah datangnya banjir, serta mengembangkan tanaman pertanian baru dengan ketahanan lebih kuat agar terhindar dari kekeringan. 

Upaya berikutnya adalah mengevaluasi ulang praktik kehutanan untuk memastikan tindakan ini bisa meminimalkan risiko kebakaran hutan. Mengambil tindakan terhadap semua kerentanan ini dapat mengurangi efek negatif dan membangun "ketahanan" perubahan iklim.

Johnson menyambut baik langkah serta beberapa komitmen yang telah dibuat Pemerintah Indonesia. Pekan ini misalnya, Indonesia melakukan kampanye penanaman bakau untuk meningkatkan ketahanan ekosistem dan lanskap. Program ini menargetkan restorasi atau penciptaan 600.000 hektare hutan bakau di seluruh Indonesia. Ini menunjukkan peningkatan dari 15.000 hektare pada 2020. 

Peran Indonesia ini disambut Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins. “Saya menyambut baik inisiatif besar ini, dan keterlibatan Indonesia di dalamnya. Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pemimpin dunia dalam hal adaptasi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement