Sabtu 30 Jan 2021 02:27 WIB

BWI Tegaskan Dana Wakaf Tidak Masuk Kas Negara, Lalu Kemana?

Dana wakaf ditampung nazir, salah satunya membangun dan operasional RS Mata di Banten

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh (tengah).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Wakaf Indonesia (BWI) menegaskan dana wakaf masyarakat, termasuk yang dihimpun karena adanya Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) tidak masuk ke kas pemerintah. Baik itu untuk membiayai APBN maupun proyek-proyek yang dikelola pemerintah.

Ketua BWI, Muhammad Nuh mengatakan GNWU adalah inisiatif dari BWI bersama dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), dan lembaga nadzir lainnya. Program ini didukung penuh oleh pemerintah yang punya tujuan meningkatkan ekonomi syariah Indonesia.

Baca Juga

"GNWU ini sesuai aturan kaidah perwakafan, uang yang masuk ya masuk ke nadzir, tidak ada sepeserpun uang wakaf dari para wakif masuk ke kas negara, Kementerian Keuangan, pemerintah," katanya dalam Media Briefing GNWU, Jumat (29/1).

Dana wakaf ditampung oleh nadzir dan dikelola oleh nadzir pula. Nuh menyampaikan, setiap nadzir punya program pengelolaan wakafnya tersendiri. Misalnya BWI, dana wakaf yang dihimpun BWI digunakan salah satunya untuk membangun dan operasional Rumah Sakit Mata Achmad Wardi di Serang, Banten.

Direktur Utama RS Mata Achmad Wardi BWI-DD, Moh Badrus Sholeh menyampaikan RS mata ini dibangun di atas tanah wakaf dan gedung yang berasal dari dana wakaf. RS mata tersebut menjadi yang pertama di Asia yang terbangun dari dana wakaf hasil kerja sama BWI dan Dompet Dhuafa.

Operasional RS tersebut juga menggunakan dana wakaf. Masyarakat yang kurang mampu mendapat pelayanan secara gratis yang diambil dari dana wakaf. RS juga menerima dana dari program Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) senilai Rp 13 miliar. 

"Setiap bulan kami terima dana dari BWI Rp 181 juta dan itu kemudian kami kelola, dananya kami gunakan untuk operasi mata gratis total 2.513 pasien  sesuai amanat dari CWLS itu," katanya.

Badrus mengatakan, pada 2018 RS telah melayani sekitar 7.000 pasien. Pada 2019 melayani 18 ribu pasien dan 2020 melayani 21 ribu pasien. RS juga berhasil membuat Retina dan Glaukoma Center dari dana wakaf senilai Rp 8 miliar.

RS tersebut juga menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk membuat RS mata lain di beberapa daerah. Salah satu yang sedang dalam pembahasan dalam waktu dekat adalah di daerah Cirebon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement