Kamis 04 Feb 2021 22:40 WIB

Industri Sawit Optimistis Produksi CPO Tahun Ini Naik

Harga CPO yang makin menarik jadi salah satu faktor peningkatan produksi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) sawit (ilustrasi). Industri sawit nasional menyatakan masih optimistis terhadap kenaikan konsumsi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2021.
Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA
Pekerja menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) sawit (ilustrasi). Industri sawit nasional menyatakan masih optimistis terhadap kenaikan konsumsi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri sawit nasional menyatakan masih optimistis terhadap kenaikan konsumsi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2021. Meski di tengah pandemi, permintaan terhadap produk CPO diyakini tetap mengalami pertumbuhan khususnya untuk pangsa pasar domestik.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengatakan, produksi CPO akan naik signifikan. Hal tersebut seiring perbaikan sistem pemeliharaan kebun, cuaca yang mendukung, serta harga yang menarik bagi petani.

Baca Juga

Ketig faktor itu akan mendongkrak produksi CPO menjadi 49 juta ton dibandingkan 2020 lalu yang sebanyak 47 juta ton. Selain itu, crude palm kernel oil (CPKO) juga naik dari 4,5 juta ton pada 2020 menjadi 4,9 juta ton pada 2021.

Joko mengatakan, produksi itu akan naik seiring dengan kenaikan konsumsi dalam negeri pada produk turunan biodiesel dan oleokimia. "Konsumsi biodiesel (sesuai mandatori pemerintah) sebesar 9,2 juta kiloliter (KL) atau setara 8 juta ton minyak sawit," kata Joko dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/2).

Konsumsi CPO untuk biodiesel tersebut naik dibandingkan tahun lalu sebesar 7,2 juta ton. Kenaikan itu karena pemerintah yang telah menetapkan kenaikan alokasi mandatori untuk program B30.

Selain biodiesel, produk oleokimia juga diyakini mengalami kenaikan permintaan. Tahun ini diperkirakan konsumsi oleokimia sebesar 4,5 juta ton untuk pasar domestik.

Adapun untuk produk pangan, juga diproyeksi naik dari 8,4 juta ton menjadi 8,7 juta ton.

"Permintaan minyak nabati dunia akan sangat tergantung dari keberhasilan vaksin Covid-19. Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga akan meningkatkan konsumsi minyak nabati termasuk minyak sawit," kata Joko.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement