Ahad 07 Feb 2021 11:57 WIB

Biden Nilai Trump tak Patut Dapat Pengarahan Intelijen

Sikap Trump yang tidak menentu dan dapat mengancam informasi rahasia dari intelijen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Mantan Presiden Donald Trump.
Foto: AP / Manuel Balce Ceneta
Mantan Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, mantan Presiden Donald Trump seharusnya tidak lagi menerima akses terhadap pengarahan dari intelijen. Biden menilai perilaku Trump yang tidak menentu dan dapat mengancam informasi rahasia yang diberikan oleh intelijen. 

"Saya berpikir dia tidak perlu mendapatkan pengarahan intelijen. Apa untungnya dia mendapatkan briefing intelijen? Apa dampak yang akan dia miliki selain fakta bahwa dia mungkin terpeleset dan mengatakan sesuatu," kata Biden dalam wawancara dengan CBS Evening News

Baca Juga

AS memiliki tradisi yang mengizinkan mantan presiden diberi pengarahan tentang masalah keamanan negara. Hal ini merupakan bentuk rasa hormat yang diberikan negara untuk mantan presiden. 

Beberapa anggota parlemen Demokrat, dan bahkan beberapa mantan pejabat pemerintahan Trump telah mempertanyakan kebijaksanaan yang mengizinkan Trump untuk terus diberi pengarahan intelijen. Saat ditanya apakah Trump harus terus menerima akses pengarahan intelijen, Biden berkata, "Saya kira tidak."

Sejumlah pihak mempertanyakan tentang kemampuan Trump untuk merahasiakan informasi sensitif yang diberikan oleh intelijen. Pada 2017, Trump mengungkapkan informasi rahasia terkait ancaman kelompok ISIS kepada menteri luar negeri Rusia dan duta besar AS dalam pertemuan di Gedung Putih. Badan intelijen AS terpaksa memulangkan mata-mata tingkat tinggi dari Moskow selama penyelidikan Rusia oleh Penasihat Khusus Robert Mueller.

Susan Gordon, yang menjabat sebagai wakil direktur utama intelijen nasional selama pemerintahan Trump dari 2017 hingga 2019, dalam op-ed Washington Post bulan lalu, mendesak Biden untuk menghentikan Trump dari akses pengarahan intelijen. Gordon mengkhawatirkan keamanan Gedung Putih setelah Trump tak lagi menjabat sebagai presiden.

“Setiap mantan presiden menurut definisi adalah target dan menghadirkan beberapa risiko. Tapi mantan presiden Trump, bahkan sebelum peristiwa minggu lalu, mungkin sangat rentan terhadap aktor jahat dengan niat buruk," ujar Gordon merujuk pada pengepungan Gedung Capitol oleh massa pro-Trump beberapa waktu lalu.

Gordon juga menyuarakan kekhawatiran tentang keterlibatan bisnis Trump. Gordon mengatakan, bisnis Trump secara signifikan banyak melibatkan entitas asing. 

“Banyak dari hubungan bisnis saat ini berada di bagian dunia yang rentan terhadap badan intelijen dari negara-negara lain," kata Gordon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement