Senin 08 Feb 2021 11:54 WIB

Serangan Hoaks Targetkan Muslim Spanyol di Media Sosial

Serangan hoaks targetkan Muslim Spanyol secara bertubi-tubi di media sosial.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nashih Nashrullah
Serangan hoaks targetkan Muslim Spanyol secara bertubi-tubi di media sosial. Ilustrasi hoaks
Foto: Indianatimes
Serangan hoaks targetkan Muslim Spanyol secara bertubi-tubi di media sosial. Ilustrasi hoaks

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Berita palsu atau hoaks semakin marak tersebar di Spanyol yang bertujuan untuk menyerang para imigran yang mayoritasnya adalah Arab-Muslim.

“Kebohongan tentang imigran Muslim mencoba memperkuat empat gagasan, yaitu mereka berbahaya, mereka memiliki hak istimewa dalam hal menerima kesejahteraan, mereka akan memaksakan budaya mereka, dan institusi akan mengizinkannya,” kata jurnalis dan pemeriksa fakta migrasi di Maldita Migracion, Natalia Diez. 

Baca Juga

Penyebaran berita palsu bertepatan dengan peningkatan imigran. Pada 2019 Spanyol mencatat rekor 748.759 imigran memasuki negara itu. Warga Kolombia, Maroko, dan Venezuela merupakan tiga kebangsaan imigran terbesar. Menurut Diez, berita palsu erat kaitannya tentang Islam, terorisme, keuntungan, dan kekerasan.

“Kebohongan ini memiliki tujuan yang jelas untuk mengubah sebagian besar persepsi masyarakat tentang Muslim. Mereka terus memperkuat argumen palsu hingga akhirnya dipercayai oleh orang-orang,” ujar dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, lonjakan berita palsu telah menjadi perhatian yang makin meningkat di seluruh dunia, tidak terkecuali Spanyol. Maldita Migracion, sebuah organisasi pemeriksaan fakta yang didirikan pada tahun 2017 bertujuan untuk memerangi disinformasi dan menyanggah berita palsu yang viral.

Sejak 2017 hingga 2020, Maldita Migracion mengidentifikasi 321 berita palsu yang terkait migrasi dan agama. Dari jumlah tersebut, 168 hanya didasarkan pada migrasi, 129 terkait langsung dengan agama, dan 70 persen di antaranya menargetkan Islam.

Jumlah berita palsu yang dibantah terkait dengan agama minoritas telah meningkat secara konsisten. Mulai dari 25 persen pada 2017 menjadi 29 persen pada 2018 dan melonjak menjadi 45 persen pada 2019.

Direktur Proyek Pendidikan dan Koordinator Analisis di Observatory of Islamofobia...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement