Rabu 17 Feb 2021 21:19 WIB

Cerita Kehidupan di Balik Protes Petani India

Petani India menuntut reformasi pertanian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani India menentang UU pertanian baru yang membuka jalan eksploitasi perusahaan.
Foto: ap
Petani India menentang UU pertanian baru yang membuka jalan eksploitasi perusahaan.

IHRAM.CO.ID, NEW DELHI -  Protes petani India menyisakan banyak cerita. Di jalan raya utama menuju ibu kota India, para petani mencuci pakaian menggunakan mesin cuci yang terpasang di bawah tenda-tenda darurat.

Tiga bulan lalu, jalan itu merupakan jalan tol enam jalur yang sibuk bagi para pengendara dan truk besar yang membawa pasokan ke New Delhi. Kini, lalu lintas di sana telah digantikan oleh tenda-tenda petani serta serba-serbi kebutuhan para penghuni kamp, yang tak lain adalah para petani yang protes.

Baca Juga

Toko persediaan makanan dan kebutuhan lain, toko baju, perpustakaan, hingga klinik terbentang di sepanjang hampir dua kilometer. Kamp yang tersusun rapi, ramai dan penuh warna telah menjadi rumah bagi ribuan petani selama beberapa bulan.

CNN meliput, kamp di Ghazipur di perbatasan antara Delhi dan negara bagian tetangga Uttar Pradesh adalah satu dari tiga pemukiman sementara yang utama di pinggiran ibu kota. Hampir semua orang di sini berasal dari negara tetangga, Uttar Pradesh. Ada juga petani dari negara bagian termasuk Haryana dan Punjab.

Menurut pemimpin kamp, sekitar 10 ribu orang ada di Ghazipur. Jumlah ini berfluktuasi dari hari ke hari karena petani membagi waktu antara rumah mereka sendiri dan kamp. Banyak dari mereka yang tetap berada di kamp untuk waktu lama karena memiliki anggota keluarga yang menggantikan untuk mengurus pertanian mereka di desa.

Para petani yang teguh terhadap aksi protes juga menghadapi tantangan di kamp, diantaranya suhu musim dingin, bentrokan dengan polisi dan pasukan keamanan, dan pembatasan akses internet. Meskipun demikian, para petani kekeh mengatakan tidak berencana untuk pergi sampai pemerintah membatalkan undang-undang kontroversial yang menurut petani merugikan mereka.

Di Ghazipur, perkumpulan kamp pengunjuk rasa serasa seperti di rumah sendiri. Semua kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Ada toilet portable, meskipun baunya membuat tidak nyaman untuk terlalu dekat.

Ada juga toko persediaan yang memiliki peti plastik berisi kantong, tisu, dan sampo. Barang-barang kebutuhan ini semua yang ada di kamp, disumbangkan oleh petani atau pendukung perjuangan petani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement