Kamis 18 Feb 2021 03:28 WIB

Benarkah Kanker Payudara Pengaruhi Risiko Kanker Prostat?

Pria dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara lebih berpotensi terkena prostat

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pria dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara lebih berpotensi terkena prostat
Foto: ABC
Pria dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara lebih berpotensi terkena prostat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker payudara dan kanker prostat merupakan dua penyakit yang berbeda. Akan tetapi, adanya riwayat kanker payudara pada keluarga dekat dapat mempengaruhi risiko laki-laki untuk terkena kanker prostat.

Sebagai contoh, seorang laki-laki berusia 65 tahun memiliki dua orang kakak perempuan. Bila salah satu atau kedua kakak perempuan tersebut mengalami kanker payudara, laki-laki tersebut juga akan memiliki risiko terkena kanker prostat yang lebih tinggi.

"Dia akan lebih berisiko 2-3 kali lipat untuk kena kanker prostat," jelas dokter spesialis urologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr Marto Sugiono SpU, dalam Media Gathering Siloam Hospitals Kebon Jeruk.

Hingga saat ini, belum benar-benar diketahui bagaimana hubungan antara kanker payudara dan risiko kanker prostat. Akan tetapi, keduanya dinilai berkaitan dengan gen sel kanker bernama BRCA1 dan BRCA2.

 

Dr Marto mengatakan gen sel kanker payudara tak hanya bisa dimiliki perempuan tetapi juga laki-laki. Gen kanker payudara ini, lanjut dr Marto, dinilai berkaitan erat dengan gen kanker prostat.

"Kita tidak tahu kenapa, tapi faktanya begitu," jawab dr Marto.

Kanker prostat merupakan tumor ganas yang tumbuh di kelenjar prostat. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tingi di Indonesia, yaitu 11 dari 100.000 jiwa. Kanker prsotat bahkan menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering diderita oleh laki-laki di dunia.

Pada stadium awal, kanker prostat tidak memunculkan gejala apa pun. Gejala biasanya baru muncul ketika kanker prsotat sudah memasuki stadium lanjut. Beberapa gejala dari kanker prostat adalah aliran berkemih agak pelan, buang air kecil terasa tidak tuntas, atau berdarah.

"(Saluran) kencingnya tersumbat oleh kankernya, agak kejepit," tukas dr Marto.

Mengingat kanker prostat tidak menunjukkan gejala di stadium awal, penting untuk laki-laki untuk melakukan skrining secara rutin, khususnya bila memiliki faktor risiko, seperti riwayat keluarga atau usia. Skrining untuk kanker prostat bisa dilakukan melalui pemeriksaan darah prostate specific antigen (PSA).

"Yang dilanjutkan dengan pemeriksaan digital rectal exam (DRE) atau lebih dikenal dengan istilah colok dubur," timpal dr Marto.

Bila kadar PSA tinggi dan prostat membesar, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanut untuk memastikan apakah pasien terkena kanker prostat atau tidak. Pemeriksaan biopsi perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker prostat.

Melalui skrining, kanker prostat bisa ditemukan di stadium yang lebih dini. Dengan begitu tingkat keberhasilan pengobatan dan harapan hidup yang pasien miliki juga akan menjadi lebih baik. (Adysha Citra Ramadani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement