Sabtu 20 Feb 2021 05:37 WIB

Vaksin Multidose Digunakan untuk Vaksinasi Tahap Dua DKI

Vaksinasi tahap dua menggunakan Sinovac produksi Bio Farma.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
 Seorang pria menerima suntikan vaksin COVID-19 saat vaksinasi massal untuk pedagang dan pekerja di Pasar Tanah Abang di Jakarta. Pada vaksinasi tahap dua, DKI Jakarta menerima vaksin multidose buatan Bio Farma dari bahan dasar yang diberikan Sinovac.
Foto: AP / Tatan Syuflana
Seorang pria menerima suntikan vaksin COVID-19 saat vaksinasi massal untuk pedagang dan pekerja di Pasar Tanah Abang di Jakarta. Pada vaksinasi tahap dua, DKI Jakarta menerima vaksin multidose buatan Bio Farma dari bahan dasar yang diberikan Sinovac.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti, mengungkapkan, vaksinasi Covid-19 tahap kedua di Ibu Kota menggunakan vaksin Covid Bio, buatan Bio Farma. Dia menyebut, vaksin ini menggunakan bahan dasar yang sama dengan vaksin Sinovac, tapi kemasan botolnya sedikit berubah.

"Vaksin ini bahan dasarnya sama, tapi yang kami terima dari Bio Farma, namanya Covid Bio. Bahan dasarnya sama dengan Sinovac yang dibeli pemerintah," kata Widyastuti dalam diskusi secara daring, Jumat (19/2).

Baca Juga

Widyastuti menjelaskan, dalam kemasan satu botol vaksin Covid Bio berisi 5 cc yang dapat digunakan untuk menyuntik delapan hingga 10 orang. Sedangkan kemasan satu botol vaksin Sinovac berukuran 0,5 cc dan langsung habis dalam sekali pakai.

Ia mengatakan, pada tahap pertama vaksinasi Covid-19, Pemprov DKI memakai vaksin Sinovac single dose atau satu botol untuk satu orang. Sementara itu, untuk vaksinasi tahap kedua, pihaknya menggunakan multidose.

"Untuk kegiatan tahap kedua, yang kami terima multidose. Satu botol vaksin untuk isinya 5 cc, sekitar untuk 10 orang, tapi biasanya dalam praktiknya, dengan beri vaksinasi kegiatan lain, dengan 5 cc 10 orang itu terpakainya antara 8-10, tidak persis 10 orang," jelas dia.

Di sisi lain, Widyastuti mengatakan, vaksin Covid Bio tidak dapat bertahan lama jika kemasannya sudah terbuka. Menurut dia, vaksin ini memiliki batas waktu maksimal enam jam jika botol telah terbuka.

"Kalau sudah dibuka paling lama 6 jam dipakai, kalau sisa ya dimusnahkan," imbuhnya.

Pada program vaksinasi covid-19 tahap kedua ini, Pemprov DKI menargetkan penerima vaksin sebanyak 3,5 juta warga yang termasuk dalam petugas pelayanan publik nonmedis. Proses vaksinasi tahap ini pun telah dilakukan sejak Rabu (17/2) kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Selama dua hari pelaksanaan, diketahui sebanyak 2.817 pedagang di Pasar Tanah Abang sudah disuntik vaksin. Selain pedagang, dalam tahap kedua, target penerima vaksin juga ditujukan kepada lansia, ibu menyusui, dan penyintas Covid-19. Namun, bagi para penyintas baru bisa mendapatkan suntikan vaksin setelah tiga bulan dinyatakan sembuh dari virus corona.

Selain itu, Widyastuti menambahkan, dalam tahap kedua vaksinasi, Pemprov DKI juga akan menyiapkan pelayanan vaksin secara mobile. Ia menyebut, dengan pelayanan ini, Dinkes DKI bakal mendatangi titik-titik tertentu untuk melakukan vaksinasi.

"Mobile ini kami bergerak, mendatangi titik-titik tertentu," tuturnya.

Ia mencontohkan, vaksinasi mobile di perkantoran atau perusahaan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemimpin institusi tersebut. Kemudian, Dinkes DKI berharap agar institusi itu mengatur alur proses vaksinasi.

"Kami memohon dari para ketua atau kepala institusi untuk mengatur, kerja sama dengan, mungkin bagian HRD atau biro umum, kepegawaian untuk mengatur supaya (skema) empat meja berjalan dengan baik," jelas dia.

Skema vaksinasi empat meja, yakni terdiri dari meja pertama untuk registrasi peserta penerima vaksin. Selanjutnya, meja kedua screening atau penyaringan kesehatan, meja ketiga penyuntikan, dan meja keempat observasi sekaligus pencetakan kartu vaksinasi.

Widyastuti menilai, koordinasi dengan institusi tersebut perlu dilakukan lantaran target vaksinasi tahap kedua sebanyak 3,5 juta orang. Sedangkan jumlah petugas Dinkes DKI Jakarta masih terbatas.

"Tentu sekali lagi kalau mengandalkan tim kesehatan kurang, karena data tadi kan 3,5 juta kalau tahap kedua ini harus kita berikan. Butuh partisipasi aktif dari para institusi," ucap Widyastuti. Selain pelayanan mobile, sambung dia, pihaknya juga menyiapkan strategi lain, yaitu calon penerima vaksin dapat mendatangi langsung fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit atau puskesmas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement