Senin 22 Feb 2021 23:26 WIB

PBB Serukan Penyelamatan Pengungsi Rohingya di Laut Andaman

Para pengungsi itu dilaporkan terombang-ambing tanpa makanan dan air.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Teguh Firmansyah
Puluhan warga etnis Rohingya berada di dalam kapal saat terdampar di tengah laut di perairan Aceh.
Foto: ANTARA FOTO/RAHMAD
Puluhan warga etnis Rohingya berada di dalam kapal saat terdampar di tengah laut di perairan Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyerukan untuk melakukan penyelamatan secepatnya pada kelompok pengungsi Rohingya setelah perahu mereka mogok di Laut Andaman. Para pengungsi itu dilaporkan terombang-ambing selama beberapa hari tanpa makanan dan air.

UNHCR mengaku telah menerima laporan tentang jumlah pengungsi Rohingya yang belum dikonfirmasi pada Sabtu (20/2) malam. Mereka mendesak negara-negara di sekitar Laut Andaman agar memulai aksi penyelamatan.

Baca Juga

“Menyelamatkan nyawa harus menjadi prioritas. Ini sejalan dengan kewajiban internasional berdasarkan hukum laut dan tradisi maritim yang telah berlangsung lama, kewajiban untuk menyelamatkan orang-orang yang mengalami kesulitan di laut harus ditegakkan tanpa memandang kebangsaan atau status hukum,” kata Direktur Biro Regional UNHCR untuk Asia dan Pasifik, Indrika Ratwatte dalam sebuah pernyataan.

Sayangnya UNHCR tidak dapat mengonfirmasi berapa banyak orang yang terjebak dan lokasi persis mereka. Namun, mereka diperkirakan telah meninggalkan Cox’s Bazar dan Teknaf di Bangladesh sekitar 10 hari yang lalu.

“Banyak yang berada dalam kondisi sangat rentan dan tampaknya menderita dehidrasi ekstrem. Kami memahami bahwa sejumlah pengungsi telah kehilangan nyawa mereka dan kematian telah meningkat selama 24 jam terakhir,” ujar dia.

Ratusan ribu pengungsi Rohingya yang mayoritasnya Muslim tinggal di kamp pengungsi di Bangladesh sejak mereka dipaksa keluar dari Myanmar pada 2017. Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim, telah lama menjadi tujuan favorit bagi pengungsi Rohingya. Puluhan orang ditemukan pada tahun lalu dalam perahu hanyut di pulau Langkawi, Malaysia.

Sementara itu, beberapa pengungsi datang melalui perjalanan darat yang dibantu oleh penduduk desa Provinsi Aceh, Indonesia. Organisasi non-pemerintah internasional, Save the Children mencatat dalam sebuah laporan pada Juni lalu, pengungsi Rohingya masih siap membayar para penyelundup untuk melakukan perjalanan tersebut meskipun ada risiko.

Seperti dilansir Aljazirah, Senin (22/2), saat ini, ada sekitar 102.250 pengungsi Rohingya terdaftar di UNHCR, Malaysia dan masih banyak lagi dari mereka yang belum terdaftar. UNHCR mengatakan akan memberikan bantuan kemanusiaan dan tindakan karantina bagi mereka yang diselamatkan.

“Fakta bahwa pengungsi dan migran terus melakukan perjalanan fatal menekankan perlunya tanggapan segera untuk pencarian, penyelamatan, dan pendaratan,” kata badan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement