Jumat 26 Feb 2021 12:53 WIB

Dengar Temannya Ngaji, Buat Kusmingki Jadi Mualaf

Kusmingki sering mendengar lantunan temannya ketika mengaji atau melihat mereka shola

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Mualaf, Kusmingki
Foto: Dok. Mualaf Center Yogyakarta
Mualaf, Kusmingki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penantian Kusmingki menjadi mualaf sejak SMA tercapai. Dua pekan lalu, Kusmingki (22 tahun) melantunkan kalimat syahadat ditemani dengan sahabatnya di Mualaf Center Yogyakarta. Saat ini, dia tengah belajar dan mendalami lebih lanjut tentang Islam.

Rasa ketertarikannya dengan agama Islam berawal dari kakaknya yang menjadi mualaf. Dia sempat tinggal bersama kakaknya. Kemudian, dia berpisah dan melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Karena mayoritas temannya Islam, Kusmingki sering mendengar lantunan temannya ketika mengaji atau melihat mereka sholat.

“Saya merasa tenang saat mendengar teman saya mengaji. Juga lantunan ketika adzan berkumandang,” kata Kusmingki kepada Republika.co.id, Kamis (25/2).

Rasa tenang itu membuat dia ingin mempelajari tentang Islam. Dia juga diajari berwudhu dan sholat oleh temannya. Kala itu, dia bermalam di Bekasi setelah pergi ke Jakarta di sebuah kontrakan. Sayangnya, kamar mandi di kontrakan tidak bisa digunakan. Hanya ada toilet dan tempat wudhu.

 

Melihat temannya berwudhu, Kusmingki seketika meminta untuk diajari. Perlahan-lahan, dia mulai mencoba gerakan wudhu, bahkan setelah wudhu dia sampai belajar sholat.

“Saya diajarkan wudhu dan sholat. Setelah sholat, kok saya merasa nyaman,” ujar dia.

Karena mayoritas temannya Muslim, Kusmingki selalu menyiapkan sejadah dan sarung di kostnya. Sewaktu-waktu jika ada temannya yang hendak sholat, mereka tidak usah pergi ke masjid.

“Saya kagum kalau lihat teman saya sholat. Padahal kita tidak pernah menyinggung persoalan agama selama berteman,” tambah dia.

Merasa sudah mantap, akhirnya Kusmingki memberanikan diri untuk mengucapkan syahadat. Orang tua Kusmingki yang beragama non-Muslim mendukung keputusannya asalkan dia bertanggung jawab. Bersama temannya, dia datang ke Mualaf Center Yogyakarta untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Setelah menjadi mualaf, Kusmingki merasa jauh lebih damai. Dia masih ingat pengalaman sholat Jumat pertamanya yang begitu tenang. Dia juga merasa bersemangat dalam menjalankan ibadah. Apalagi jika ada temannya yang mengajak sholat bersama dia bisa ikut.

Pria berumur 22 tahun ini berharap agar kedepannya bisa istiqomah. “Saya berharap kedepannya menjadi lebih baik, lebih cepat mempelajari dalam menjalankan agama Rasulullah dengan sebaik-baiknya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement