Jumat 26 Feb 2021 15:26 WIB

Siapkan Piala Dunia, 6.500 Pekerja Migran di Qatar Tewas

Lebih dari 6.500 pekerja migran tewas di Qatar tewas saat mempersiapkan Piala Dunia

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Perayaan di Qatar saat FIFA mengumumkan negara kaya minyak itu akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Foto: REUTERS/Fadi Al-Assaad
Perayaan di Qatar saat FIFA mengumumkan negara kaya minyak itu akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

IHRAM.CO.ID, DOHA – Lebih dari 6.500 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka tewas di Qatar saat mempersiapkan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 10 tahun lalu. Kabar itu berasal dari temuan sumber-sumber pemerintah.

Rata-rata 12 pekerja migran dari lima negara Asia Selatan itu tewas setiap pekannya sejak malam di Desember 2010. Data dari India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka mengungkapkan ada 5.927 kematian pekerja migran selama periode 2011-2020. Secara terpisah, data dari kedutaan Pakistan di Qatar melaporkan 824 kematian pekerja Pakistan antara tahun 2010 dan 2020.

Jumlah korban tewas tinggi karena angka tersebut tidak termasuk kematian dari sejumlah negara yang mengirim banyak pekerja ke Qatar, termasuk Filipina dan Kenya. Pun kematian yang terjadi pada bulan-bulan terakhir tahun 2020 tidak termasuk.

Dalam 10 tahun terakhir, Qatar sudah mulai program pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar program itu untuk persiapan turnamen sepak bola tahun 2022.  Selain tujuh stadion baru, lusinan proyek besar telah diselesaikan atau sedang berjalan termasuk bandara baru, jalan raya, sistem transportasi umum, hotel dan kota baru.

 

Ada 37 kematian di antara pekerja yang terkait langsung dengan pembangunan stadion Piala Dunia, 34 di antaranya diklasifikasikan sebagai kematian yang 'tidak terkait pekerjaan' oleh panitia penyelenggara acara. Para ahli mempertanyakan penggunaan istilah tersebut karena dalam beberapa kasus telah digunakan untuk menggambarkan kematian yang terjadi di tempat kerja termasuk sejumlah pekerja yang pingsan dan meninggal di lokasi konstruksi stadion.

Di balik data statistik, ada banyak cerita dari keluarga yang hancur karena ditinggalkan. Terlebih mayoritas pekerja migran masih muda dan menjadi tulang punggung keluarganya.

Ghal Singh Rai dari Nepal membayar hampir 1.000 poundsterling untuk biaya perekrutan. Nantinya ia bekerja sebagai pembersih di sebuah kamp. Setelah sepekan bekerja, dia bunuh diri. Pekerja lain, Mohammad Shahid Miah dari Bangladesh, kesetrum setelah air bersentuhan dengan kabel listrik yang terbuka.

Sementara itu di India, keluarga Madhu Bollapally tidak pernah tahu penyebab Bollapally meninggal dalam usia 43 tahun. Tubuhnya ditemukan sudah tidak bernyawa terbaring di lantai kamar asramanya. Jumlah korban tewas Qatar yang suram terungkap dalam lembar lajur panjang dari data resmi dengan penyebab kematian. Penyebabnya beragam ada yang cedera akibat jatuh dari ketinggian atau afiksia.

Namun, di antara penyebabnya yang paling umum disebut “kematian alami.” Ini sering dikaitkan dengan gagal jantung akut atau gagal napas. Berdasarkan data yang diperoleh Guardian, 69 persen kematian pekerja India, Nepal, dan Bangladesh dikategorikan sebagai wajar. Di antara orang India saja angkanya 80 persen.

Sebelumnya The Guardian telah melaporkan bahwa klasifikasi kematian yang dibuat tanpa otopsi, seringkali gagal memberikan penjelasan medis yang sah. Pada 2019 lalu, teriknya panas saat musim panas di Qatar kemungkinan menjadi faktor signifikan dalam banyak kematian pekerja.

Temuan The Guardian didukung oleh penelitian yang dilakukan Organisasi Perburuhan Internasional PBB (ILO) mengungkap setidaknya selama empat bulan dalam setahun pekerja menghadapi tekanan panas yang signifikan saat bekerja di luar.

Laporan dari pengacara pemerintah Qatar tahun 2014 untuk melakukan penelitian terkait kematian pekerja migran dan mengubah undang-undang tentang otopsi. Human Rights Watch telah meminta Qatar agar mewajibkan penyelidikan forensik atas kematian mendadak atau kematian yang tidak dapat dijelaskan.

Saat panitia penyelenggara Piala Dunia di Qatar ditanyai soal ini, mereka menyesalkan semua tragedi yang menimpa para pekerja migran. “Kami menyelidiki setiap insiden untuk memastikan pelajaran diambil. Kami selalu menjaga transparansi dan membantah klaim yang tidak akurat seputar jumlah pekerja yang meninggal dalam proyek kami,” kata mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement