Jumat 05 Mar 2021 06:46 WIB

PM Inggris Tawarkan Hadiah agar Warga Diet

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terpapar Covid-19

Rep: Zainur mahsir Ramadhan/ Red: Esthi Maharani
 Perdana Menteri Inggris Boris Johnson
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson dikabarkan berencana memberikan bantuan pada warganya yang obesitas untuk olahraga dan diet guna menurunkan berat badannya. Ia baru saja mengumumkan telah menerima tambahan anggaran sekitar 70 juta poundsterling. Dana itu termasuk rencana penghargaan bagi penerima yang berhasil menurunkan beratnya.

“Menurunkan berat badan memang sulit, tetapi dengan membuat perubahan kecil bisa membuat perbedaan besar. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terpapar Covid-19,”kata dia dikutip dari city am, Kamis (4/3).

Berdasarkan informasi, dana tersebut akan dialokasikan pada 700 ribu orang di seluruh Inggris. Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) juga telah meminta Sir Keith Mills, pencipta skema penghargaan Nectar, untuk melihat apakah insentif finansial mampu memotivasi orang untuk makan lebih sehat dan berolahraga lebih banyak.

Terpisah, Katharine Jenner, direktur kampanye Action on Sugar dan Action on Salt, dan juga akademisi di Queen Mary University of London, mengatakan, meskipun ada beberapa layanan dukungan manajemen berat badan yang efektif melalui NHS, banyak yang seringkali terbatas. Utamanya, kekurangan dana dan daftar tunggu yang luas.

“Oleh karena itu, sangat penting bahwa layanan penurunan berat badan yang didukung berbagai disiplin ilmu dan ditandai dengan memadai bisa efektif dalam jangka panjang,” kata Jenner.

Rencana tersebut, didasari contoh dari langkah yang dilakukan Singapura dengan program olahraga skala nasional. Program itu, menawarkan insentif keuangan bagi warga Singapura yang melakukan lebih banyak aktivitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Hingga kini, sekitar dua pertiga orang Inggris dewasa kelebihan berat badan atau obesitas. Para ilmuwan telah menarik hubungan antara indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi dan risiko yang lebih besar untuk terinfeksi virus corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement