Ahad 07 Mar 2021 21:24 WIB

Pejabat Partai NLD Tewas Dalam Tahanan

Penyebab kematian pejabat partai Suu Kyi itu tidak diketahui.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi]  Seorang petugas polisi anti huru-hara Myanmar mengarahkan peluncur gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar.
Foto: EPA-EFE/LYNN BO BO
[Ilustrasi] Seorang petugas polisi anti huru-hara Myanmar mengarahkan peluncur gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Khin Maung Latt tewas dalam tahanan pada Sabtu (6/3) malam. Penyebab kematian Khin Maung Latt tidak diketahui.

Namun, Reuters melihat foto tubuhnya yang ditutup dengan kain yang berlumuran darah di sekitar kepalanya. Seorang anggota parlemen, Sithu Maung, mengatakan, Khin Maung Latt adalah manajer kampanyenya dan ditangkap pada Sabtu (6/3) malam di distrik Pabean di Yangon. Hingga berita ini diturunkan, polisi Myanmar menolak berkomentar.  

Baca Juga

Militer Myanmar melakukan kudeta pada 1 Februari dan menangkap pemimpin terpilih sekaligus Ketua NLD Aung San Suu Kyi dan sejumlah tokoh politik berpengaruh lainnya. Selain itu, militer sempat mematikan layanan internet untuk membungkam kritik para aktivis dan masyarakat di media sosial. 

Kudeta militer tersebut menuai kecaman dan aksi protes besar-besaran di Myanmar. Militer menyatakan, kudeta dilakukan karena ada kecurangan pada pemilu 8 November, yang dimenangkan oleh NLD yang dipimpin Suu Kyi. Komisi Pemilihan Umum Myanmar menolak tuduhan tersebut. 

Kudeta militer menuai protes dari sejumlah kalangan termasuk warga Myanmar yang menginginkan demokrasi. Polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah pengunjuk rasa di Yangon dan di kota Lashio di wilayah Shan utara pada Ahad (7/3). 

Seorang saksi mata mengatakan polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan protes di kota kuil bersejarah Bagan. Beberapa penduduk mengatakan bahwa, polisi juga menggunakan peluru tajam. Sebuah video yang diunggah oleh grup media Myanmar Now menunjukkan tentara memukuli seorang pria di Yangon. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pasukan keamanan telah membunuh lebih dari 50 orang ketika membubarkan para demonstran. Para pasukan keamanan telah menggunakan kekerasan untuk membubarkan kerumunan demonstran di sejumlah titik di Myanmar. 

Surat kabar Global New Light Of Myanmar yang dikelola negara mengutip pernyataan polisi yang mengatakan pasukan keamanan menangani protes sesuai dengan hukum. Dikatakan pasukan menggunakan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan kerusuhan dan protes yang memblokir jalan umum.

Organisasi advokasi tahanan politik Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan sejak kudeta 1 Februari lalu junta militer Myanmar sudah menahan lebih dari 1.700 orang. Angka ini belum termasuk penggerebekan skala besar Ahad (7/3) dini hari.

"Para tahanan dipukul dan ditendang dengan sepatu bot militer, dipukuli dengan tongkat polisi dan diseret masuk ke mobil polisi, pasukan keamanan masuk ke pemukiman warga dan mencoba untuk menangkap pengunjuk rasa dan melepaskan tembakan ke rumah," kata AAPP dalam pernyataannya Sabtu (6/3).

Pelobi Israel-Kanada Ari Ben-Menashe, yang dipekerjakan oleh junta Myanmar mengatakan kepada Reuters bahwa, para jenderal ingin meninggalkan politik dan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan menjauhkan diri dari Cina. Dia mengatakan, Suu Kyi memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Cina. Ben-Menashe mengatakan dia juga ditugaskan mencari dukungan Arab untuk rencana pemulangan pengungsi Muslim Rohingya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement