Senin 15 Mar 2021 14:47 WIB

Peringatan Nasional Pertama Serangan Christchurch

Meski Selandia Baru siaga Covid-19, peringatan serangan Christchurch mendapatkan izin

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru
Foto: EPA-EFE/MARTIN HUNTER
Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru

IHRAM.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Masyarakat Selandia Baru memperingati tahun kedua peristiwa tragis yang menewaskan 51 jamaah di Masjid Christchurch. Peringatan ini menjadi peringatan nasional pertama yang digelar setelah peristiwa tragis tersebut. Peringatan nasional tahun lalu untuk memperingati ulang tahun pertama dibatalkan karena pandemi Covid-19.

Meskipun negara tersebut berada dalam siaga Covid-19 Level 1, peringatan tahun ini mendapat lampu hijau atau diizinkan. Peringatan ini juga disiarkan langsung bagi mereka yang tidak dapat hadir di acara tersebut. Nama-nama dari 51 orang yang kehilangan nyawa hari itu dibacakan dengan lantang di kebaktian, dan upaya polisi dan petugas medis juga diperingati.

Upacara peringatan bertemakan “We Are One” diadakan di Christchurch Arena yang turut dihadiri oleh Perdana Menteri Jacinda Ardern. Dilansir dari About Islam, Ardern mengatakan bahwa dia kehilangan kata-kata saat mempersiapkan pidatonya karena tidak ada yang bisa dia katakan untuk mengubah apa yang terjadi.

“Banyak yang telah dikatakan, tetapi perkataan, terlepas dari kekuatan penyembuhannya, tidak akan pernah mengubah apa yang terjadi hari itu.  Kata-kata tidak akan membawa kembali para pria, wanita dan anak-anak yang berkumpul di tempat ibadah mereka, dengan tenang dan damai ketika mereka menjadi korban dalam aksi teror,” jelasnya.

Temel Atacocugu, yang ditembak sembilan kali di bagian wajah, lengan dan kaki, berbicara atas nama yang terluka.  Dia mengatakan tanggal 15 Maret 2019 adalah hari yang menandai sejarah dengan noda gelap.

“Sungguh keajaiban saya masih hidup.  Saya ditembak sembilan kali.  Empat peluru di kaki kiri saya, satu di kaki kanan saya, tiga di lengan kiri, satu lagi di mulut saya,  ”kata Atacocugu.

“Setiap kali saya melakukan X-ray, luka ini menyala seperti pohon Natal.  Meskipun rehabilitasi, lengan kiri saya cacat permanen seperti banyak orang lainnya.  Banyak dari lukaku tidak akan pernah sembuh sepenuhnya,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement