Selasa 16 Mar 2021 21:56 WIB

Usaha Keripik Kepompong Bertahan di Masa Pandemi

Dinamakan keripik kepompong karena bentuknya menggelembung seperti kepompong.

Pekerja menjemur Keripik Kepompong di industri makanan ringan Dadi Berkah Dusun Kluwung, Kemiriombo, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (1/3/2021). Keripik Kepompong berbahan ketela pohon merupakan camilan kreasi baru olahan makanan ringan berbahan ketela pohon yang dijual Rp20 ribu per kilogram.
Foto: ANIS EFIZUDIN/ANTARA
Pekerja menjemur Keripik Kepompong di industri makanan ringan Dadi Berkah Dusun Kluwung, Kemiriombo, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (1/3/2021). Keripik Kepompong berbahan ketela pohon merupakan camilan kreasi baru olahan makanan ringan berbahan ketela pohon yang dijual Rp20 ribu per kilogram.

IHRAM.CO.ID,TEMANGGUNG -- Produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) keripik kepompong dari bahan baku ketela di Desa Kemiriombo, Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Pemilik usaha keripik kepompong "Dadi Waras" Triamaningsih (54) mengatakan meskipun pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan produk, usahanya masih tetap bisa berjalan.Cemilan dengan rasa gurih ini dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram.

Ia menyebutkan, sebelum pandemipihaknya bisa menghabiskan bahan baku singkong sampai empat kuintal per hari, sekarang hanya bisa menghabiskan bahan baku dua hingga tiga kuintal per hari. "Produksi keripik berkurang, karena permintaan juga turun dengan adanya pandemi ini, tetapi alhamdulillah masih bisa berproduksi," katanya, di Temanggung, Selasa (16/3).

Karena produksi turun maka tenaga kerja juga dikurangi, kalau semula setiap hari mempekerjakan 12-14 orang, saat ini hanya m enam orang per hari. "Para pedagang datang ke tempat kami. Kalau sebelum pandemi, banyak pedagang menitip uang sebelum barang diambil, tetapi sekarang kami harus bersabar untuk menunggu pembayaran," katanya.

Menurut dia untuk mendapatkan bahan baku tidak pernah ada kendala, selain dari Temanggung, pihaknya juga mendatangkan singkong dari Wonosobo. "Meskipun harga singkong di pasar saat ini cenderung rendah, sekitar Rp1.000 sampai Rp1.200 per kilogram, tetapi kami tetap membeli dengan harga Rp1.500 hingga Rp2.000 per kilogram agar petani tetap semangat menanam singkong," katanya.

Ia menuturkan produknya dinamakan keripik kepompong karena bentuknya menggelembung seperti kepompong. "Awalnya kami hanya coba-coba untuk membuat keripik kepompong ini. Kami melakukan uji coba berkali-kali agar keripik bisa menggelembung seperti yang kami harapkan. Keripik kepompong produk kami ini sekarang sudah memiliki hak paten," katanya.

Proses pembuatan keripik kepompong, yakni singkong dikupas, dicuci, dikukus, digiling,dijemur dalam bentuk lembaran, setelah kering dipotong dan digoreng. Bumbu dasar keripik ini berupa garam dan bawang, setelah digoreng diberi penyedap.

Ia mengaku memproduksi keripik dengan bahan baku singkong karena di daerahnya banyak menghasilkan singkong yang semula tidak laku.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement