Kamis 18 Mar 2021 11:42 WIB

Riset: Propaganda Supremasi Kulit Putih Melonjak di AS

Pesan kebencian yang menyebar melalui pamflet, poster, dan daring.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Riset: Propaganda Supremasi Kulit Putih Melonjak di AS. Pendukung Presiden AS Donald J. Trump di Capitol Rotunda setelah melanggar keamanan Capitol di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Para pengunjuk rasa memasuki Capitol AS tempat sertifikasi pemungutan suara Electoral College untuk Presiden terpilih Joe Biden berlangsung.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Riset: Propaganda Supremasi Kulit Putih Melonjak di AS. Pendukung Presiden AS Donald J. Trump di Capitol Rotunda setelah melanggar keamanan Capitol di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Para pengunjuk rasa memasuki Capitol AS tempat sertifikasi pemungutan suara Electoral College untuk Presiden terpilih Joe Biden berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan terbaru organisasi keagamaan Anti-Defamation League (ADL) mengumumkan, Rabu (17/3), propaganda supremasi kulit putih di Amerika Serikat (AS) sudah mencapai tingkat mengkhawatirkan pada 2020.

Ada 5.125 kasus rasialis, antisemit, anti-LGBTQ, dan pesan kebencian lain yang menyebar melalui pamflet, stiker, spanduk, dan poster. Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari 2.724 kasus pada 2019.

Baca Juga

Mereka mengatakan, propaganda yang tersebar secara daring lebih sulit diukur. Parahnya, kasus-kasus itu bisa mencapai jutaan.

Laporan ini muncul saat otoritas federal menyelidiki dan menuntut mereka yang menyerbu Capitol Hill pada Januari lalu. Beberapa demonstran, dituduh memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok pembenci dan milisi anti-pemerintah.

 

“Propaganda kebencian adalah taktik teruji untuk supremasi kulit putih. Sekarang, aktivitas di lapangan menunjukkan ke tingkat lebih tinggi dari yang pernah kami rekam sebelumnya,” kata CEO ADL Jonathan A Greenblatt dalam pernyataannya, dilansir Aljazirah, Kamis (18/3).

Greenblatt menambahkan, penganut supremasi kulit putih tampak lebih berani dari sebelumya yang disebabkan beberapa faktor pendorong. Mantan anggota sayap kanan sekaligus pendiri kelompok Free Radicals Project, Christian Picciolini mengatakan kepada Associated Press, lonjakan jalur propaganda dengan supremasi kulit putih dan perekrut garis keras melihat krisis ini sebagai peluang.

Baca juga : Rusia Tarik Dubesnya dari AS

“Mereka menggunakan ketidakpastian dan ketakutan yang disebabkan oleh krisis untuk memenangkan anggota baru,” kata Picciolini.

Ketidakpastian ini sebagai dampak pandemi yang menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan, sistem pemilihan memanas, dan perhitungan nasional yang dipicu oleh tradisi panjang rasialisme di AS. Semua itu telah menciptakan badai yang sempurna untuk membuat warga AS ketakutan.

Bahasa yang digunakan dalam propaganda sering kali ditutupi dengan kecondongan patriotik. Namun, beberapa selebaran pamflet, stiker, dan poster secara eksplisit bersifat rasialis dan anti-semit.

Salah satu bagian dari propaganda yang disebarluaskan oleh New Jersey European Heritage Association (NJEHA) termasuk kata-kata “Black Crimes Matter yang tampak mengejek gerakan Black Lives Matter".

Sebuah kelompok neo-Nazi yang dikenal sebagai Folks Front mendistribusikan stiker yang bertuliskan “White Lives Matter.” Menurut laporan itu, setidaknya 30 kelompok supremasi kulit putih berada di balik propaganda kebencian.

Namun, tiga kelompok, yaitu New Jersey Heritage Association, Patriot Front, dan Nationalist Social Club bertanggung jawab atas 92 persen dari kegiatan tersebut. Propaganda muncul di setiap negara bagian kecuali Hawaii. Propaganda tertinggi terlihat di Texas, Washington, Kalifornia, New Jersey, New York, Massachusetts, Virginia, dan Pennsylvania.

Terlepas dari peningkatan propaganda di seluruh AS, ADL melaporkan penurunan tajam yang terlihat di perguruan tinggi dan universitas. Sebagian besar penurunan tersebut terjadi karena virus corona dan kurangnya siswa yang belajar di kampus. 

https://www.aljazeera.com/news/2021/3/17/white-supremacist-propaganda-surged-in-us-in-2020-report

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement