Sabtu 20 Mar 2021 04:30 WIB

Cara Kerja Alam Semesta Berada di Bawah Perintah Allah

Allah mengatur alam semesta.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Cara Kerja Alam Semesta Berada di Bawah Perintah Allah. Foto:   Alam semesta (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Cara Kerja Alam Semesta Berada di Bawah Perintah Allah. Foto: Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Banyak dari para ilmuwan yang begitu pandai dalam ilmu astronomi, kosmologi, dan ilmu mengenai alam semesta mengingkari adanya campur tangan Tuhan dalam sistem tersebut. Meski tak seluruh ilmuwan mengingkari kekuasaan Tuhan, namun tak sedikit pula yang mempercayai bahwa cara kerja alam semesta berada di bawah perintah Allah SWT.

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran menjelaskan kisah mengenai ilmuwan asal Prancis bernama Laplace (1749-1827). Bagi Laplace ketika ditanya oleh Napoleon Bonaparte di mana kuasa Tuhan dalam sistem alam semesta, Laplace menyatakan dengan tegas bahwa tak ada tempat pemeliharaan Tuhan.

Baca Juga

Belum lama ini, Ilmuwan modern pakar kosmologi Stephen Hawking sebelumnya juga pernah mengakui bahwa tidak ada andil Tuhan dalam alam semesta. Namun belakangan sebelum ia tutup usia, Hawking meralat perkataannya.

Dalam buku A Brief History of Time, Hawking banyak menyinggung tentang lubang hitam dan juga teori Big Bang yang dipercaya sebagai awal mula terciptanya alam semesta dalam sebuah ‘ceruk’. Di mana dalam penciptaan alam semesta itu, tak mungkin kiranya pergerakan benda-benda langit yang terkadang ‘brutal’ tanpa pengaturan sama sekali. Di sinilah ia percaya bahwa andil Tuhan memanglah ada.

Jauh sebelum Laplace ataupun Stephen Hawking dikenal atas argumentasinya mengenai alam semesta, Alquran telah banyak mengabadikan kuasa Allah SWT mengenai alam semesta. Alam raya beserta isinya, berikut sistem kerjanya, adalah keajaiban-keajaiban yang kesemuanya dinamai oleh Alquran sebagai ayat (tanda-tanda atas kebesaran Allah SWT).

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 164: “Inna fi khalqissamawati wal-ardhi wakhtilaafillaili wannahaari wal-fulki allati tajri fil-bahri bima yanfa’u an-naasa wa maa anzalallahu minassamawa-I min maa-in fa-ahyaa bihil-ardha ba’da mautiha wa batssa fiiha min kulli dabbatin wa tashrifi ar-riyaahi wassahaabi al-musakhira baina as-samaa-I wal-ardhi la-ayaatin liqaumin ya’qilun,”.

Yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan tata kerja langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan,”.

Setiap umat Muslim mempercayai bahwa tata kerja alam semesta berjalan konsisten sesuai dengan hukum-hukum yang diterapkan oleh Allah SWT. Tetapi pada saat yang sama, tidak tertutup kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa yang berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilihatnya sehari-hari.

Sebab baik yang terlihat sehari-hari maupun yang tidak bisa terlihat, keduanya sama ajaib dan mengagumkan. Apalagi sekian banyak hal yang oleh generasi masa kini dinilai ‘biasa’, pernah dinilai luar biasa oleh generasi terdahulu.

Dalam konteks Alquran dan risalah Nabi Muhammad SAW, pemeliharaan Allah atas alam semesta nampak sangatlah jelas. Sebab bagaimana mungkin terlahir konsep tauhid dari masyarakat yang berpegang teguh terhadap kesyirikan pada benda-benda ciptaan Allah termasuk alam semesta? Lahirnya konsep tauhid yang dibawa oleh para Nabi terdahulu tak lepas dari keyakinan kuat bahwa alam semesta berada dalam pengaturan Allah SWT Yang Mahakuasa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement