Jumat 26 Mar 2021 15:22 WIB

Azab Allah pada Amir dan Arbad yang Ingin Bunuh Rasulullah

Mereka mendatangi Rasulullah sebagai utusan kaum Bani Amir untuk membunuh Rasul

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selama menyebarkan ajaran Islam, Nabi Muhammad Saw harus melewati berbagai rintangan. Mulai dari caci maki, dilempari kotoran hewan, hingga nyawanya terancam. Namun, Allah dan malaikat-Nya selalu melindungi Rasulullah di setiap langkah hidupnya. Seperti yang terjadi ketika Amir bin Thufail dan Arbad bin Qais, saudara Labid bin Rabi’ah hendak membunuh Rasulullah.

Mereka mendatangi Rasulullah sebagai utusan kaum Bani Amir untuk membunuh Nabi. Pakar Tafsir Ushuluddin, dan Fikih, Abdul Aziz bin Muhammad as-Salman dalam bukunya berjudul 191 Mukjizat Muhammad yang Jarang Diketahui, menceritakan rencana pembunuhan yang dilakukan oleh mereka.

Amir berkata kepada Arbad, “Jika kita telah bertemu Muhammad, aku akan menutupi dirimu dari pandangannya. Saat itulah ayunkan pedangmu terhadapnya sampai kamu bisa membunuhnya.” Mendengar itu, Arbad menjawab, “Aku akan melakukannya.”

Ketika bertemu Rasulullah, Amir segera melancarkan aksinya. Di hadapan Rasulullah, dia bertanya apa yang akan ia dapatkan ketika dirinya masuk Islam. Dengan tenang, Nabi menjawab “Kau akan mendapatkan apa yang didapat oleh Islam dan kau berkewajiban melakukan apa yang wajib bagi Islam.” Mendengar jawaban Nabi, Amir kembali bertanya, apakah dia bisa menjadi penguasa setelah Nabi.

Nabi menjawab, “Engkau tidak akan mendapatkan itu, tidak dengan kaummu. Engkau akan mendapat beberapa ekor kuda yang kau gunakan untuk berperang.” Mendengar jawaban Rasulullah, Amir protes dan mengatakan, “Bukankah itu sudah kumiliki sekarang? Aku minta berilah bantuan untukku dan untukmu!” Lagi-lagi Nabi menjawab dengan tenang dan mengatakan “Engkau tidak akan mendapatkan itu.”

Menahan amarahnya, Amir berkata, “Berdirilah dan berjalanlah kemari wahai Muhammad.” Segera Rasulullah berjalan mendekati Amir. Di saat yang sama, Amir meletakkan tangan di antara kedua pundak sambil memberi isyarat kepada Arbad untuk menyerang Rasulullah. Arbad dengan cepat mengayunkan pedangnya dengan jarak tak lebih dari satu hasta.

Namun, Allah menahan tangan Arbad hingga dia tidak bisa menghunus pedangnya ke Rasulullah. Mendengar respon itu, Rasulullah menoleh ke arah Arbad dan melihatnya dalam keadaan seperti itu. Lalu, dia berdoa, “Ya Allah cukupkanlah (lindungilah) aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki. Ya Allah, berilah hidayah kepada Bani Amir dan jauhkanlah agama-Mu dari Amir.”

Karena gagal membunuh Rasulullah, Amir dan Arbad segera pergi. Sambil berjalan, Amir berkata “Aku akan membanjiri Madinah dengan kuda-kuda dan pasukanku untuk menyerangmu.” Rasulullah menjawab “Allah dan kaum Anshar tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Beberapa saat kemudian, Amir menyalahkan Arbad karena menghentikan serangannya. Arbad menjelaskan dia telah bermaksud menyerang Nabi tapi entah kenapa yang dia lihat hanyalah Amir. Tak ada siapa pun selain Amir. Amir segera pergi meninggalkan Arbad dengan kesal. Di tengah perjalanan, Allah menimpakan penyakit tha’un di lehernya sampai ia meninggal di rumah seorang perempuan Bani Salul.

Sementara itu, Arbad kembali kepada kaumnya. Dia berkata kepada kaumnya, “Muhammad telah mengajak kita untuk menyembah sesuatu. Karena itu, jika saat ini ia berada di dekatku, aku ingin sekali menebas lehernya dengan pedangku.” Satu atau dua hari setelah megucapkan kalimat itu, ia pergi dengan untanya. Di tengah perjalanan, Allah menurunkan petir yang membakar tubuhnya.

Ada pendapat yang mengatakan, dari petir yang menyambar Arbad, Allah menurunkan surat ar-Ra’d ayat 12-13:

هُوَ الَّذِيْ يُرِيْكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَّطَمَعًا وَّيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَۚ

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ

“Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menjadikan mendung. Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement