Sabtu 27 Mar 2021 20:21 WIB

Sentimen Asia-Amerika Memburuk, Ini Respons Shamsi Ali 

Imam Shamsi Ali menilai sentimen Asia di Amerika Serikat wujud rasisme

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Shamsi Ali menilai sentimen Asia di Amerika Serikat wujud rasisme
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Imam Shamsi Ali menilai sentimen Asia di Amerika Serikat wujud rasisme

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meskipun Amerika Serikat kini memiliki wakil presiden dari etnis Asia, negara tersebut belum bisa disebut toleran terhadap warga Asia-Amerika. Saat ini, terdapat peningkatan mencolok dalam kekerasan anti-Asia di seluruh Amerika Serikat.  

Ini adalah sebuah masalah yang sekali lagi mengguncang komunitas Asia- Amerika di sana, setelah penembakan massal yang menewaskan delapan orang di spa di daerah Atlanta. Enam di antara korban adalah wanita Asia. 

Baca Juga

Menurut Imam Besar Islamic Center New York, Imam Shamsi Ali, karakter rasisme di Amerika Serikat memang sangat mengakar. Bahkan rasisme diakui sebagai sesuatu yang bersifat sistemik di negara ini.   

"Maka wajar saja kalau orang-orang putih yang merasa orang-orang asli Amerika Serikat merasa tidak menerima keberadaan orang-orang lain dari ras berbeda," ujar Imam Shamsi Ali kepada Republika.co.id, Sabtu (27/3). 

Menurut Imam Shamsi, tindakan rasisme yang semakin parah akhir-akhir tidak bisa diingkari utamanya dipicu retorika dan karakter rasis mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ini terutama kepada etnis Asia yang dianggap menjadi penyebab pandemi. 

Seperti yang diketahui, ketika menjabat sebagai presiden di masa pandemi, Trump kerap kali menyebut virus corona sebagai 'china virus' atau 'kung flu'. 

Trump memang mengaku tidak bermaksud menyudutkan warga Asia-Amerika, namun ini tentunya menjadi pemicu berbagai aksi anti Asia di seluruh Amerika Serikat. 

"Jadi memang tabiatnya rasis. Ditambah lagi presiden yang rasis Donald Trump," kata Imam Shamsi. 

Sentimen anti-Asia telah tumbuh secara signifikan sejak dimulainya pandemi Covid-19, dengan banyak orang di komunitas Asia- Amerika mengutip retorika Trump sebagai faktor utama. 

Stop AAPI Hate yang berbasis di San Francisco, yang melacak diskriminasi dan xenofobia terhadap orang Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik, menghitung hampir 3.800 insiden seperti itu dari Maret 2020 hingga Februari 2021, dilansir di USA Today, Sabtu (27/3). 

Baru-baru ini, hasil survei tahunan yang dilakukan Anti-Defamation League menunjukkan bahwa orang Asia-Amerika mengalami lonjakan terbesar dalam insiden kebencian dan pelecehan online yang parah. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement