Ahad 28 Mar 2021 20:26 WIB

Beijing Kembali Diselimuti Badai Pasir

Indeks kualitas udara resmi Beijing mencapai level maksimum 500 pada Ahad pagi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Warga melintas di depan gedung pencakar langit di Beijing di tengah badai pasir, Ahad (28/3).
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Warga melintas di depan gedung pencakar langit di Beijing di tengah badai pasir, Ahad (28/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ibu kota China, Beijing, kembali diselimuti debu tebal yang membawa partikel berbahaya tingkat tinggi pada Ahad (28/3) pagi. Badai pasir untuk kedua kali selama dua pekan ini kembali datang melanda kota itu karena angin dari Mongolia yang dilanda kekeringan dan barat laut China.

Jarak pandang di kota berkurang, dengan puncak beberapa gedung pencakar langit tertutup oleh badai pasir, dan pejalan kaki terpaksa menutupi mata saat hembusan debu menyapu jalanan. "Ini cukup serius hari ini. Selalu ada satu atau dua hari seperti ini (polusi atau debu) setiap bulan,” kata warga Beijing bernama Fan.

Baca Juga

Indeks kualitas udara resmi Beijing mencapai level maksimum 500 pada Ahad pagi. Partikel mengambang yang dikenal sebagai PM10 melampaui 2.000 mikrogram per meter kubik di beberapa distrik.

Pembacaan partikel PM2.5 yang lebih kecil berada di atas 300 mikrogram per meter kubik, jauh lebih tinggi dari standar China yaitu 35 mikrogram. Partikel PM2.5 sangat berbahaya karena sangat kecil dan dapat masuk ke aliran darah, sedangkan PM10 adalah partikel yang lebih besar yang dapat masuk ke paru-paru.

Administrasi Meteorologi China mengeluarkan peringatan kuning pada Jumat (26/3). Pengumuman itu memperingatkan bahwa badai pasir menyebar dari Mongolia ke provinsi China utara termasuk Mongolia Dalam, Shanxi, Liaoning dan Hebei, yang mengelilingi Beijing.

Kantor meteorologi mengatakan, badai pasir baru-baru ini yang melanda Beijing berasal dari Mongolia karena suhu yang relatif lebih hangat pada musim semi. Kondisi ini ditambah berkurangnya curah hujan mengakibatkan lebih banyak area tanah kosong, menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk badai pasir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement