Sabtu 03 Apr 2021 11:12 WIB

Sedekah dan Hikmah di Balik Pandemi

Betapa tidak berharga segala sesuatu yang manusia miliki ketika sakit.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
Sebuah foto yang diambil dengan drone menunjukkan kerabat berdoa di atas kuburan korban COVID-19 di pemakaman Srengseng Sawah di Jakarta, Indonesia, 26 Maret 2021.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Sebuah foto yang diambil dengan drone menunjukkan kerabat berdoa di atas kuburan korban COVID-19 di pemakaman Srengseng Sawah di Jakarta, Indonesia, 26 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendakwah Ustaz Ahmad Faris BQ menceritakan pengalamannya saat bertemu pasien yang sembuh dari Covid-19. Menurut Ustaz Faris, ada banyak pelajaran kehidupan yang ia dapat. Salah satunya adalah turut merasakan betapa tidak berharga segala sesuatu yang manusia miliki ketika sakit.

Orang yang ditemui Ustaz Faris memiliki usaha yang cukup besar, bahkan tergolong pengusaha yang sangat sukses. Namun, orang tersebut sadar, betapa dekatnya kematian dari sakit yang Allah berikan.

"Ini sebenarnya anugerah dari Allah SWT, ingin mendatangkan satu kesadaran lebih awal di dalam dirinya," kata Ustaz Faris dalam Kajian Peradaban, melalui siaran pers ACT yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/4).

Dalam hidup ini, Ustaz Faris menyampaikan, manusia akan berada di dalam tiga fase kesadaran. Fase pertama adalah ketika orang melihat dunia is everything. Dia sanggup melakukan apa saja untuk mendapatkan dunia. Karena baginya dunia adalah segala sesuatu, dan kondisi itu adalah bencana yang sesungguhnya.

Fase kesadaran kedua adalah dunia adalah sesuatu. Pada fase ini, seseorang memandang dunia bukanlah segalanya. Hanya beberapa bagian dari dunia ini yang penting untuk diraih. Pada kondisi seperti ini, orang mulai merasakan kesadaran untuk berbagi atau berempati kepada orang lain.

Puncak kesadaran manusia alias fase yang ketiga adalah adalah dunia is nothing.  Kesadaran ini datang dalam diri manusia dalam waktu yang berbeda-beda. Ada yang datang kepada seseorang sangat terlambat, yaitu saat seseorang tidak dapat mengembalikan masa lalunya, pada waktu seseorang sudah berada di pintu kematian.

"Lalu dia berkata 'Laulaa akhortanii ila ajali 'qoriib. Faasoddaqo waakum mina sholihiiin. Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh," kata Ustaz Faris.

Lebih lanjut, Ustaz menerangkan soal keutamaan bersedekah. Dia menjelaskan, Allah SWT tahu, jika seseorang selalu diberi rezeki tanpa batas, maka banyak dari mereka yang menjadi zalim dan kufur kepada Allah SWT. Pada waktu-waktu tertentu, Allah SWT meminta manusia harus mengeluarkan harta karena sakit, karena kecelakaan, atau karena apa saja bencana dalam kehidupan ini.

"Allah paksa keluar uang itu, karena tidak keluar secara sukarela dari kantong kita untuk berinfak di jalan Allah SWT. Maka ini cara mengingatkan kita tentang hakikat kehidupan," ujarnya.

Saat sakit, sesungguhnya Allah-lah yang menyembuhkan manusia. Berobat hanyalah syariat dari Allah SWT. Di samping itu, ada syariat lain yakni dengan bersedekah.

"Sedekah untuk mengelak bencana yang lebih besar. Semakin sulit kita diuji, semakin menjadi hamba yang gampang untuk memberi. Sebab apa, segala kemudahan Allah SWT dalam kehidupan ini tergantung bagaimana kita berbuat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement