Kamis 08 Apr 2021 05:07 WIB

Pengalaman Umroh Yang Tak Biasa Saat Pandemi

Umroh masa pandemi

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Subarkah
Jamaah umroh bertawaf di sekitar Ka
Foto: Al Arabiya
Jamaah umroh bertawaf di sekitar Ka

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Umroh selama pandemi memiliki tantangan sendiri. Selain membutuhkan dokumen tambahan, harganya pun lebih mahal. Salah seorang jamaah Indonesia menjelaskan pengalamannya ketika umroh saat pandemi.

“Umroh saat pandemi memang sangat berbeda. Karena kita menambah dokumen seperti hasil tes usap paling lambat 48 jam. Apabila negatif bisa berangkat. Tapi kalau positif, penerbangan dijadwalkan ulang dan baru bisa berangkat jika hasil tes usap sudah negatif,” kata Direktur Utama Jazirah Iman Travel, Alfiah Putri Iriyanto kepada Republika.co.id, Rabu (7/4).

Alfiah merupakan salah seorang dari tim delegasi umrah Kesatuan Tour Travel Haji Umroh Republik Indonesia (KESTHURI) yang berangkat pada 24 November 2020.

Sebenarnya para jamaah dapat memilih maskapai yang diinginkan. Akan tetapi, saat Alfiah berangkat, kebetulan yang tersedia hanya Saudi Airlines.

Namun, pihak maskapai saat itu tidak menerapkan jaga jarak. Para penumpang duduk layaknya kondisi normal saling berdekatan.

Saat para jamaah tiba di Jeddah, dokumen mereka diperiksa. Lalu mereka diarahkan ke hotel di Makkah untuk melakukan karantina selama tiga hari. Selama perjalanan, mereka naik bus yang telah diatur jarak tempat duduknya dan 48 jam setelah tiba, mereka dites usap.

“Apabila hasilnya negatif, kita boleh keluar melaksanakan ibadah. Tapi kalau hasilnya positif, kita terpaksa terpisah dari grup karena harus isolasi lagi selama sepuluh hari. Kalau setelah sepuluh hari hasil tesnya negatif, baru bisa ibadah,” ujar dia.

Dia menyebut pemerintah Saudi sangat ketat dalam menerapkan prosedur kesehatan. Para jamaah asing tidak bisa sembarang keluar masuk Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Mereka hanya bisa masuk setiap waktu shalat tiba.

Untuk memasuki kawasan masjid, mereka harus menggunakan aplikasi bernama I’tarmana. Sayangnya, aplikasi tersebut hanya bisa diakses oleh warga negara Saudi dan orang yang bermukim di Saudi.

“Kalau kita kan dari luar, kita ada yang mendaftarkan, dari orang yang menerbitkan visa, pihak muassasah. Kita umrohnya sudah diatur jadwalnya dan tidak boleh lewat karena dari id card yang menyediakan adalah kementerian haji dan umroh Arab Saudi,” jelas dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement