Klub Sepak Bola Prancis Sampaikan Selamat Ramadhan 

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 14 Apr 2021 09:41 WIB

Klub Sepak Bola Prancis Sampaikan Selamat. Foto: Kylian Mbappe dari PSG bereaksi setelah golnya dianulir pada pertandingan sepak bola Liga Champions, leg kedua, perempat final antara Paris Saint Germain dan Bayern Munich di stadion Parc des Princes, di Paris, Prancis, Selasa, 13 April 2021. Foto: AP/Francois Mori Klub Sepak Bola Prancis Sampaikan Selamat. Foto: Kylian Mbappe dari PSG bereaksi setelah golnya dianulir pada pertandingan sepak bola Liga Champions, leg kedua, perempat final antara Paris Saint Germain dan Bayern Munich di stadion Parc des Princes, di Paris, Prancis, Selasa, 13 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS -- Para pemain klub sepak bola Prancis Paris Saint-Germain (PSG) menyampaikan harapan terbaik mereka kepada umat Islam pada kesempatan bulan suci Ramadhan ini.

Hal ini disampaikan para pemain dalam sebuah video yang diunggah di akun resmi Twitter PSG. Para pemain terlihat mengucapkan selamat memasuki bulan Ramadhan kepada semua Muslim.

Baca Juga

Dilansir di Daily Sabah, Rabu (14/4), Video tersebut menampilkan pemain populer seperti Neymar, Mbappe, dan lainnya. Beberapa ungkapan yang disampaikan adalah "Ramadhan mubarak untuk semua Muslim", "Ramadhan Kareem", serta "selamat menjalani bulan yang diberkati".

Ucapan selamat ini disampaikan ketika Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengeluarkan serangkaian pembatasan yang menargetkan komunitas Muslim di negara tersebut.

Prancis juga mengumumkan RUU anti-Muslim, setelah pembunuhan mengerikan terhadap seorang guru Prancis pada Oktober tahun lalu, oleh seorang tersangka berusia 18 tahun yang berasal dari Chechnya.

Undang-undang yang diusulkan, dengan judul "Mendukung Prinsip-Prinsip Republik", tidak menyebut Islam secara langsung. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari stigmatisasi terhadap umat Islam.

Meski demikian, secara luas upaya ini dilihat sebagai serangan terang-terangan terhadap kebebasan berserikat. Para kritikus mengatakan undang-undang tersebut akan melegalkan Islamofobia.

Baca juga : Ma'ruf Amin Ajak Masyarakat Perbanyak Ikhtiar saat Ramadhan

Beberapa hal yang masuk dalam RUU ini adalah larangan sekolah mandiri (homeschooling) bagi umat Islam, mewajibkan pendidikan formal, serta dapat menutup perkumpulan, sekolah, maupun masjid jika terjadi insiden yang mencurigakan.

Aturan yang sama juga melarang pasien memilih dokter berdasarkan jenis kelamin karena alasan agama atau alasan lain. RUU ini mewajibkan "pendidikan sekularisme" bagi semua pejabat publik.

Para penentang aturan tersebut mengatakan undang-undang ini melanggar kebebasan beragama dan secara tidak adil menargetkan 5,7 juta minoritas Muslim Prancis, yang terbesar di Eropa.

Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, mengatakan peraturan baru ini akan menjadi serangan serius terhadap hak dan kebebasan di Prancis.

Macron seolah menjadi sosok penuh kebencian di beberapa negara Muslim. Banyak yang memboikot produk Prancis setelah presiden Prancis membela pembuat karikatur provokatif, Charlie Hebdo, yang menyerang Nabi Muhammad.

Muslim di Prancis merupakan bekas koloni yang mencakup negara-negara mayoritas Muslim di Afrika Utara dan Barat serta Timur Tengah. Jumlah mereka sekitar 6 persen dari populasi negara tersebut.

Sebelumnya, PSG juga terlibat dalam insiden rasisme pada bulan Desember 2020. Pertandingan Başakşehir-PSG dihentikan setelah 13 menit menyusul pertengkaran di pinggir lapangan, terkait kartu merah yang ditunjukkan kepada Webo. Pertandingan dilanjutkan keesokan harinya setelah empat ofisial Rumania diganti.

Mantan pemain internasional Kamerun, Webo, mengatakan pejabat keempat Sebastian Coltescu tidak menghormatinya. Ia disebut sebagai "yang berkulit hitam". Penyelidikan dilakukan oleh Inspektur Etika dan Disiplin UEFA.