Puasa Ramadhan Mengikis Kecintaan Terhadap Dunia yang Fana

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 15 Apr 2021 04:47 WIB

Puasa Ramadhan Mengikis Kecintaan Terhadap Dunia yang Fana. Foto: Ilustrasi Ramadhan Foto: dok. Republika Puasa Ramadhan Mengikis Kecintaan Terhadap Dunia yang Fana. Foto: Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Puasa Ramadhan dapat mengikis penyakit cinta terhadap dunia yang ada dalam diri seseorang manusia. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Imam Ahmad.

 "Mencintai dunia adalah sumber dari segala kesalahan."

Baca Juga

Dr Zaprulkhan dalam bukunya "Mukjizat Puasa Menggapai Pencerahan Spiritual Melalui Ibadah Puasa Ramadhan" mengatakan memang banyak ulama ahli hadits yang mengritik hadits ini. Mereka mengatakan bahwa kedudukan hadits ini lemah, karena cacat beberapa orang perawinya, sehingga hadis ini dikatagorikan hadits yang tidak otentik berasal dari Rasulullah SAW.

"Saya tidak akan mempermasalahkan kedudukan hadits ini baik dari segi sanad maupun dari segi perawinya. Tapi kalau kita melihat hadist ini dari segi matannya, dari segi maknanya, saya kira validitasnya tidak perlu dilakukan lagi," katanya.

Bahkan Imam Ghazali, di dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, sering sekali mengutip hadits ini. Setiap kali membicarakan tentang maksiat dan dosa, Ghazali mengatakan sebagai akibat dari kecintaan seseorang kepada dunia.

"Bahkan kelalaian kita dari mengingat Allah pun, oleh Ghazali dikatakan karena kecintaan kita kepada dunia," katanya.

Setiap kali Ghazali mengaitkan segala kemaksiatan kita dengan kecintaan pada dunia. "Saya bukan cuma takjub tapi juga tersentuh dengan alasan-alasan yang dikemukakan nya," katanya.

Menurut Zaprulkhan alasan-alasan yang disuguhkan oleh Ghazali tidak hanya menggugah aspek intelektual tapi juga mengguncang wilayah emosional kita. Ghazali bukan cuma memberikan kehangatan intelektual tetapi juga menjernihkan lensa spiritual kita.

"Lihatlah orang-orang yang buta dengan norma-norma agama hanya karena mengejar kemewahan dunia," katanya.

Betapa banyak manusia yang tidak lagi memperhatikan batasan halal da haram demi mendapatkan kekayaan. Berapa banyak orang-orang yang menggunakan kekerasan dan saling membunuh hanya untuk meraih kekuasaan.

Baca juga : Kiat Menangkal Rasa Malas Beribadah Saat Ramadhan

"Alangkah banyak para pemuda yang mengorbankan keyakinannya di depan altar kecantikan para wanita yang dipujinya," katanya.

Itu semua kata Zaprulkan adalah wajah kehidupan orang-orang yang sangat mencintai dunia. Harta tahta, pria atau wanita merupakan bunga-bunga kehidupan yang sangat menggoda.

Tapi persoalannya apakah kecintaan kita kepada dunia dilarang oleh agama? Apakah kita terlarang mencintai keindahan?

Bukan perasaan cinta ini tumbuh bersemi dalam setiap jiwa kita? Haruskah kita musnahkan perasaan cinta ini?

Atau Haruskah kita tidak peduli pada cinta keindahan yang telah bersemi dalam Taman jiwa kita?

Sungguh kata dia pertanyaan-pertanyaan di membuat kita dilema yang mesti kita carikan jalan keluarnya.

"Bila kita kembali kepada wacana Alquran, sebenarnya kecintaan terhadap keindahan dunia merupakan fitrah setiap manusia, tidak peduli siapapun orangnya," katanya.

Alquran melukiskan hasrat instingtif ini dengan sangat indah di dalam surat Ali Imran ayat  14 yang artinya.

"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas sama perak kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik surga."

Ali Yusuf