Turki Perketat Pembatasan Covid-19 Saat Ramadhan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 15 Apr 2021 10:35 WIB

Turki Perketat Pembatasan Covid-19 Saat Ramadhan. Seorang pria membeli manisan tradisional Turki di sebuah restoran, di Istanbul, Selasa, 13 April 2021. Foto: AP/Emrah Gurel Turki Perketat Pembatasan Covid-19 Saat Ramadhan. Seorang pria membeli manisan tradisional Turki di sebuah restoran, di Istanbul, Selasa, 13 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pejabat Turki memperkenalkan aturan yang ketat pada Rabu (14/4) untuk mengekang lonjakan kasus Covid-19. Kementerian kesehatan Turki mencatat hampir 60 ribu kasus baru pada Selasa (13/4).

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan aturan ini akan berlaku selama dua pekan pertama bulan Ramadhan. Jika jumlah kasus Covid-19 masih meningkat, tindakan ini akan diperpanjang.

Baca Juga

“Tujuan kami untuk mencapai penurunan kasus dan jumlah kematian,” kata Erdogan.

Aturan terbaru termasuk larangan buka puasa di luar dan penerapan jam malam mulai pukul 19.00 sampai 05.00 waktu setempat. Selain itu, aturan juga mencakup larangan perjalanan antarkota, restoran hanya melayani makanan dibawa pulang, penutupan pusat kebugaran, dan penangguhan pelajaran tatap muka.

Menurut Menteri Kesehatan Fahrettin Koca, provinsi yang paling terkena dampak gelombang musim semi berada di wilayah Laut Hitam timur laut Turki. Meskipun antara 3-9 April, peningkatan terbesar dalam kasus harian baru tercatat di sebagian besar provinsi Turki barat laut, termasuk Istanbul, Canakkale, Kirklareli, dan Tekirda.

Pada Senin lalu, Koca mengumumkan 85 persen kasus baru disebabkan oleh varian virus corona asal Inggris. Dia mengatakan Turki tengah menghadapi gelombang baru pandemi dan mendesaak warga mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Ketika Anda melihat data dan berkurangnya resistensi psikologis masyarakat, negara kita sedang mengalami masa-masa tersulit selama pandemi yang sedang berlangsung,” kata Koca.

Koca menyebut Turki akan menerima 30 juta dosis vaksin Pfizer BioNTech pada Juni nanti. Hingga saat ini, sekitar 11,5 juta orang telah menerima suntikan pertama vaksin dan sekitar 7,7 juta telah menerima suntikan kedua.

Lonjakan kasus terbaru telah mendorong pejabat Rusia menangguhkan sebagian besar perjalanan udara ke Turki sampai 1 Juni. Wisatawan Rusia merupakan bagian terbesar dari pengunjung Turki.

Sebanyak 2,13 juta orang Rusia mengunjungi Turki pada 2020 meskipun terjadi pandemi. Menteri Pariwisata Turki Mehmet Nuri Ersoy mengatakan larangan perjalanan ini dapat membuat Turki kehilangan hingga 500 ribu wisatawan.

Perkembangan tersebut dapat memberi tekanan lebih besar pada ekonomi Turki di tengah perlambatan pandemi global. Selain itu, lonjakan kasus corona juga menghentikan pembelajaran tatap muka. Sebagian besar murid terpaksa melanjutkan kegiatan belajar secara daring.

Guru sekolah dasar di Istanbul, Feray Aytekin Aydogan mengatakan sekitar 60 persen siswa di sekolahnya belajar daring menggunakan ponsel orang tua mereka dan yang lain sama sekali tidak masuk kelas. Sebelum vaksinasi, sekolah sudah dibuka kembali pada Maret lalu yang menimbulkan risiko kesehatan bagi tenaga pendidik.

Dilansir Al-Monitor, Kamis (15/4), Ketua Serikat Pekerja Pendidikan Turki Orhan Yildirim mengatakan 26 guru telah meninggal karena terinfeksi Covid-19 sejak sekolah dibuka kembali musim semi ini. “Jika tindakan pencegahan diambil, para pekerja pendidikan itu akan tetap hidup,” kata Aydogan.

Dia dan sebagian besar tenaga pendidik di sekolahnya telah divaksinasi, tapi kampanye vaksinasi nasional belum menjangkau banyak anggota staf yang bekerja di sekolah. Ini termasuk administrator dan personel pendukung. Menteri Pendidikan Turki Ziya Selcuk mengatakan di Twitter-nya pada Rabu (14/4), staf sekolah akan diprioritaskan dalam kampanye vaksinasi yang sedang berlangsung.

https://www.al-monitor.com/originals/2021/04/turkey-tightens-covid-19-restrictions-ramadan-holy-month-begins