Imam Besar Masjid Istiqlal Ajak Umat Naik Kelas di Ramadhan

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Esthi Maharani

Kamis 15 Apr 2021 16:44 WIB

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar Foto: Republika/Thoudy Badai Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Profesor Nasaruddin Umar, mengimbau umat Islam membuat ibadah puasa Ramadhan tahun ini 'naik kelas'. Tidak sekadar menahan haus dan dahaga, tapi juga berpuasa dengan memfokuskan hati dan jiwa pada Allah.

"Mudah-mudahan puasa kita di masa yang penuh tantangan ini bisa naik kelas. Jangan cuma untuk menggugurkan kewajiban, ingin masuk surga dan takut neraka, tetapi beribadah karena cinta kepada Allah," kata Nasaruddin pada webinar Ramadhan yang diselenggarakan Mitra Seni Indonesia, Kamis (15/4).

Dia menjelaskan mengenai tiga tingkatan dalam berpuasa. Pertama adalah puasa awam, yaitu seseorang yang melakukan puasa dalam tingkatan dasar seperti menahan diri tidak makan, tidak minum, tidak merokok, dan tidak melakukan hubungan suami-istri.

Kedua adalah puasa khawas, di mana mata, telinga, mulut, dan organ lainnya ikut berpuasa. Misalnya, mulut tidak membicarakan aib saudara, tidak marah-marah, tidak fitnah. Begitu juga mata tidak melihat sesuatu yang kurang baik maupun terlarang.

Telinga turut berpuasa, dalam artian tidak mendengar atau terlibat rumpian yang menjauhkan dari kontemplasi dengan Allah SWT. Anggota badan seperti kaki menahan diri tidak pergi ke pusat perbelanjaan, melainkan untuk beribadah.

Tingkatan ketiga yakni khawasul khawas yang sangat khusus. Individu yang melakukan puasa dalam tingkatan ini senantiasa mengarahkan pikiran, hati, dan jiwanya kepada Allah semata. Sama sekali tidak terbersit prasangka negatif.

Lebih lanjut, Nasaruddin mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan berdasarkan rasa cinta kepada Allah akan membuat seseorang menjadi lebih sehat. Sebaliknya, manusia yang penuh rasa kebencian akan membuat penyakit berdatangan.

"Sekarang mulailah pekerjaan apapun dengan cinta, melakukan ibadah karena cinta kepada Allah, bukan karena wajib. Marilah pada bulan suci Ramadhan ini kita semua berhijrah secara hati," ungkap Guru Besar dalam bidang tafsir di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.