Sulitnya Pengungsi Rohingya Jalani Ramadhan di Bhashan Char

Rep: Meiliza Laveda / Rizky Surya/ Red: Esthi Maharani

Jumat 16 Apr 2021 13:06 WIB

Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali. Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA – Ribuan pengungsi Rohingya telah menyambut awal Ramadhan dengan rasa kesepian dan isolasi di Pulau Bashan Char. Tercatat, lebih dari 18.500 Muslim Rohingya yang dipindahkan sejak Desember tahun lalu.

Beberapa dari mereka mengatakan relokasi ini membuat kondisi situasi menjadi sepi terutama saat awal Ramadhan.  “Di sini saya merasa sangat kesepian karena saudara, orang tua, dan sebagian besar kerabat saya tinggal di Cox's Bazar. Selama Ramadan tahun lalu, kami semua berkumpul dan mengadakan pertemuan keluarga yang tak terlupakan,” kata salah seorang pengungsi, Mohammad Alam (37 tahun).

Untuk mengobati rasa rindunya, Alam hanya bisa berkomunikasi melalui ponsel. Namun, dia tidak yakin kapan bisa bertemu mereka lagi. “Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi kami sebagai Muslim dan kami semua senang tinggal bersama dengan teman dan keluarga selama bulan suci ini,” ujar dia.

Pengungsi lain, Khaleda Begum (20) yang merupakan ibu dari tiga anak juga merasa hari-hari Ramadhannya terasa lebih sulit di Bhashan Char dibandingkan di Cox’s Bazar.

“Saya dulu bekerja sebagai sukarelawan di sebuah LSM di Cox's Bazar. Saya mendapat 150 dolar Amerika setiap bulan. Dari uang itu, saya bisa memberikan makanan bergizi kepada anak-anak saya,” kata Begum.

Di Bhashan Char, Begum tidak memiliki pekerjaan sehingga dia tidak bisa memberikan makanan yang bergizi kepada tiga buah hatinya. Untuk keperluan sehari-hari, dia hanya bergantung pada lembaga bantuan.

“Kami mendapatkan beras, lentil, minyak nabati, bawang merah, gula, dan lain-lain sebagai bantuan. Tapi anak-anak ingin makan ayam atau ikan. Jadi, terkadang saya menjual sebagian bantuan saya ke pasar lokal dan mencoba membeli ikan yang juga langka,” ujar dia.

Pengungsi lain, Mohammad Asad (37 tahun) menyebut persediaan makanan sehat menjadi perhatian khusus baginya pada Ramadhan tahun ini.  “Pada tahun-tahun sebelumnya, kami biasa menerima berbagai bantuan pangan saat Ramadhan dan jumlahnya mencukupi. Kami dapat mengelola beberapa hal lain yang diperlukan dari pasar lokal dengan menjual sebagian bantuan kami,” kata Asad.

Namun, bantuan yang dia dapat saat ini jauh lebih sedikit dan itu membuat keluarganya kesulitan. Dia mengakui kebebasan bergerak di Bhashan Char jauh lebih sedikit. “Kami tidak diperbolehkan pindah terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Karena ini sebuah pulau, maka ruang juga tidak cukup. Jadi, kami hampir terkurung dalam area tertentu,” ucap dia.

Dengan bantuan dari LSM seperti Islamic Relief Bangladesh, Human Appeal, Bangladesh Red Crescent Society, dan Qatar Charity, pemerintah mengatakan telah menyelenggarakan paket makanan Ramadhan khusus untuk para pengungsi di Bhashan Char.

Dilansir Arab News, Jumat (16/4), Komisi Bantuan dan Pemulangan Pengungsi, Mohammad Khalilur Rahman Khan mengatakan paket sembako khusus diberikan dengan bantuan pangan rutin setiap bulan. Pihaknya memiliki semua data keluarga yang tinggal dan setiap keluarga menerima paket khusus Ramadhan.

“Kami juga sedang mempertimbangkan hadiah khusus pada kesempatan Idul Fitri untuk Rohingya di pulau itu,” ujar dia.