Selasa 20 Apr 2021 19:49 WIB

Kemendikbud Tarik Buku Kamus Sejarah Indonesia

Kemendikbud Tarik Buku Kamus Sejarah Indonesia di Laman Rumah Belajar

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Subarkah
Sejumlah siswi mencari buku sejarah saat mengikuti belajar bersama di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (27/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswi mencari buku sejarah saat mengikuti belajar bersama di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (27/9).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan buku Kamus Sejarah Indonesia yang tidak memuat tokoh Pendiri NU KH Hasyim Asyhari sudah ditarik dari laman Rumah Belajar.

Selain itu, buku-buku yang terkait sejarah modern juga telah ditarik untuk direview kembali.

Ia mengatakan, penarikan buku ini dilakukan karena pihaknya ingin memastikan permasalahan kekurangan yang ada di buku sejarah bisa diselesaikan. "Kita tidak mau sama sekali ada problem seperti ini," kata Hilmar, dalam telekonferensi, Selasa (20/4).

Hilmar juga menanggapi bahwa banyak pihak yang mempertanyakan resmi atau tidaknya buku tersebut. Ia menegaskan, buku tersebut tidak resmi diterbitkan. Menurutnya, yang menjadi masalah adalah buku tersebut sudah dimuat di Rumah Belajar meskipun sebenarnya pengerjaannya belum selesai.

"Jadi ada program tahun 2019 untuk mengumpulkan apa yang sudah dihasilkan oleh masing-masing dirjen di Kemendikbud agar masuk di dalam website Rumah Belajar. Maka, setiap direktorat secara langsung dihubungi untuk bisa memberikan produk-produk. Banyak sekali produk ribuan. Salah satunya produk itu," kata dia lagi.

Ketika dimasukan ke lama Rumah Belajar, dilakukan secara bundle atau dalam bentuk kumpulan materi. Tim yang bertugas kemudian mengunggah materi-materi tersebut ke dalam laman Rumah Belajar.

Namun, ia menegaskan, saat ini seluruh buku yang berkaitan sudah ditarik dari laman-laman resmi perpustakaan milik Kemendikbud.

"Saya sih mengakui ini kesalahan karena kealpaan. Bukan karena kesengajaan," ujar Hilmar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement