Sabtu 24 Apr 2021 20:01 WIB

Amerika Serikat Dorong Sekutu Sikapi China Soal Xinjiang  

Amerika Serikat mendesak sekutu G7 ambil sikap soal Xinjiang Muslim

Rep: Lintar Satria/ Red: Nashih Nashrullah
Amerika Serikat mendesak sekutu G7 ambil sikap soal Xinjiang Muslim. Suasana di Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, Senin (19/4/2021).
Foto: M. Irfan Ilmie/ANTARA
Amerika Serikat mendesak sekutu G7 ambil sikap soal Xinjiang Muslim. Suasana di Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, Senin (19/4/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat (AS) akan mendesak sekutu-sekutunya di Group Seven (G7) untuk meningkatkan tekanan pada China mengenai kerja paksa di Provinsi Xinjiang. Rumah bagi minoritas Muslim Uighur.

Presiden AS Joe Biden akan menghadiri pertemuan G7 secara langsung di Inggris bulan Juni mendatang. Diprediksi Biden akan fokus pada isu yang ia pandang perseteruan strategis  antara negara-negara demokrasi dan otokratik terutama China. 

Baca Juga

Deputi Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat dan Deputi Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Daleep Singh, mengatakan pertemuan G7 di Cornwaal akan fokus pada keamanan kesehatan, sinkronisasi respons ekonomi dampak pandemi Covid-19, tindakan konkrit mengenai perubahan iklim. 

Singh menambahkan dalam pertemuan itu Amerika Serikat juga menjunjung nilai-nilai demokrasi negara-negara G7. "Ini sekutu-sekutu satu pemikiran, dan kami ingin mengambil tindakan konkrit dan nyata untuk menunjukkan kesiapan kami untuk berkoordinasi dengan ekonomi-ekonomi non-pasar seperti China," kata Singh yang juga membantu mengkoordinasikan pertemuan tersebut, Sabtu (24/4).

"Tantangan sulit bagi G7 adalah menunjukkan pada masyarakat terbuka, masyarakat demokratis masih memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah terbesar di dunia, dan otokrasi top-down bukan jalur yang terbaik," tambahnya.

Singh mengatakan Amerika Serikat sudah mengambilkan tindakan tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang China lakukan di Xinjiang. Tapi Washington ingin menggalang dukungan dari sekutu-sekutunya di G7. 

Bulan lalu Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan Kanada menerapkan sanksi gabungan terhadap pejabat China yang diduga melakukan pelanggaran HAM di Xinjiang.

China membantah semua tuduhan pelanggaran HAM tersebut dan meresponsnya dengan menerapkan sanksi ke Uni Eropa. Singh mengatakan dia masih mengerjakan detail pertemuan bulan Juni mendatang.

Menurutnya pertemuan ini memberi kesempatan bagi sekutu-sekutu AS menunjukan solidaritas mereka terhadap isu ini. "Kami telah memperjelas pandangan kami, konsumen patut tahu kapan barang-barang import diproduksi dengan kerja paksa," katanya. "Nilai-nilai kami perlu ditanamkan ke dalam hubungan perdagangan kami," tambah Singh. 

Washington, lanjut Singh, ingin memperjelas langkah-langkah G7 'untuk menjunjung nilai-nilai bersama'. "Sebagai negara demokrasi dan jelas hal itu berlaku dengan apa yang terjadi di Xinjiang," katanya.

Aktivis dan pakar PBB mengatakan setidaknya 1 juta orang Muslim dimasukan ke kamp tahanan di Xinjiang. Aktivis dan politisi negara-negara Barat menuduh China menggunakan siksaan, kerja paksa dan sterilisasi. China mengatakan kamp-kamp tersebut menyediakan latihan kerja dan diperlukan untuk memerangi ekstremisme.

Jumat (23/4) kemarin Gedung Putih mengatakan pada bulan Juni Biden akan berkunjung ke Inggris dan Belgia dalam kunjungan luar negeri pertamanya sebagai presiden. Perjalanan ini termasuk Pertemuan G7 di Cornwall, Inggris dari 11 hingga 13 Juni.  

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement