Selasa 27 Apr 2021 20:46 WIB

Gempa Sukabumi Diduga Dipicu Patahan Lempeng Indo-Australia

Gempa tersebut dapat disebut sebagai gempa intraslab.

Gempa Sukabumi Diduga Dipicu Patahan Lempeng Indo-Australia
Foto: Pixabay
Gempa Sukabumi Diduga Dipicu Patahan Lempeng Indo-Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa dengan magnitudo 5,0 yang terjadi di laut pada jarak 89 km arah Selatan Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada kedalaman 58 km pada Selasa (26/4) pukul 16.23 WIB diduga dipicu adanya patahan dalam Lempeng Indo-Australia.

"Gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang diduga dipicu adanya penyesaran/patahan dalam Lempeng Indo-Australia," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Selasa (27/4).

Baca Juga

Gempa tersebut dapat disebut sebagai gempa intraslab (oceanic intraslab earthquake) seperti halnya gempa 6,1 yang terjadi di selatan Jawa Timur pada 10 April 2021. Gempa di Sukabumi tersebut memiliki mekanisme sumber berupa pergerakan geser atau mendatar (strike-slip fault).

Guncangan gempa dirasakan di wilayah cukup luas hingga Tangerang dan Jakarta. Di daerah Sukabumi, Rangkasbitung, Bayah, Cihara, Cilograng, Panggarangan, dan Bogor, guncangan dirasakan dalam skala intensitas III MMI.

Sementara di Tangerang Selatan, Jakarta, dan Bandung, dirasakan dalam skala intensitas II MMI. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan rumah yang ditimbulkan akibat gempa.

Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena hiposenternya relatif dalam, dengan kekuatan yang relatif kecil untuk dapat menciptakan deformasi lantai samudra dan mengganggu kolom air laut. Daryono mengatakan, gempa tersebut adalah gempa yang kedua yang guncangannya signifikan oleh masyarakat dan terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa.

Pada pukul 10.22.59 WIB juga terjadi gempa dengan magnitudo 4,6 yang berpusat di laut pada jarak 91 km arah barat daya Gunungkidul, Yogyakarta, dengan kedalaman 24 km dirasakan di Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement