Rabu 28 Apr 2021 11:48 WIB

Ponpes Assalaam Gelar Olimpiade Alquran, Sains dan Seni

Kompetisi yang diikuti para siswa SD, SMP dan SMA tersebut tahun ini digelar virtual

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Gerbang depan Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
Foto: binti sholikah
Gerbang depan Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah

IHRAM.CO.ID, SUKOHARJO - Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, menggelar Olimpiade Alquran, Sains dan Seni (OASE) pada 19-22 April 2021. Kompetisi yang diikuti para siswa jenjang SD, SMP dan SMA tersebut tahun ini digelar secara virtual lantaran dalam kondisi pandemi Covid-19.

Ada berbagai bidang kompetisi dalam OASE 2021, di antaranya, kompetisi Tahfidzul Quran mulai dari dua juz, lima juz, 10 juz, dan 15 juz. Sementara bidang minat bakat terdapat kompetisi MTQ, Puisi Bahasa Arab, dan Kaligrafi. Sedangkan bidang sains terdapat olimpiade Matematika, IPA, IPS, dan tarjamah Alquran.

Wakil Direktur I PPMI Assalaam, Ustaz Edi Suprapto, mengatakan, OASE 2021 sebagai wadah mengembangkan diri sebagai generasi Islam di masa mendatang serta mengembangkan potensi diri dalam memahami Alquran.

"Alhamdulillah, meskipun dilaksanakan secara virtual, OASE 2021 diikuti 486 peserta," kata Edi seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (27/4).

Edi menjelaskan, kompetisi tahunan OASE 2021 merupakan yang keenam kalinya. Sebelumnya, kompetisi tersebut bernama FTT, kemudian diganti nama FISA, dan tiga tahun terakhir berubah menjadi OASE. Penyelenggaraan OASE biasanya digelar secara langsung/tatap muka di PPMI Assalaam. Namun, tahun ini digelar secara daring lantaran pandemi Covid-19.

Jumlah peserta tahun ini juga mengalami penurunan, dimana biasanya OASE diikuti lebih dari 50p peserta. Para peserta tersebut berasal dari seluruh Indonesia, mulai dari Pekan Baru, Jambi, provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Kalimantan, kemudian Makassar, Nusa Tenggara Barat, Flores, dan lainnya.

"Semoga kegiatan ini bisa bermanfaat bagi siswa, sekolah, serta bangsa kita," ucap Edi.

Meski dilakukan secara virtual, tetapi panitia tetap mengantisipasi adanya kecurangan. Kompetisi Tahfidzul Quran dilakukan secara langsung (live) dan peserta menggunakan penutup mata. Setiap peserta mendapatkan tiga pertanyaan acak.

Sedangkan untuk olimpiade juga dilakukan live sehingga setiap pergerakan peserta tampak. Panitia juga memanfaatkan aplikasi tracker sehingga ketika peserta keluar dari aplikasi soal, misal untuk mencari jawaban dari mesin pencari, maka akan kelihatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement