Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudha Manggala P Putra

Masjid Agung Jawa Tengah, Obati Rindu Madinah

Wisata | Wednesday, 28 Apr 2021, 20:33 WIB
Sumber: Republika.co.id

Masjid Agung Jawa Tengah salah satu masjid termegah di Nusantara. Ia memiliki banyak keunikan. Di antaranya 6 payung raksasa yang bisa membuka dan menutup secara otomatis di halamannya. Payung-payung itu sengaja dibuat untuk mengobati kerinduan masyarakat yang pernah ke Madinah dan shalat di Masjid Nabawi.

Payung berteknologi tiang elektrik tersebut memiliki ketinggian masing-masing 20 meter. Saat dibentangkan, jari-jarinya membuka sampai 14 meter. Payung-payung ini hanya dibuka pada waktu khusus saja. Yakni setiap shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot.

Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia dibangun pada hari Jumat, 6 September 2002.

Bangunan utamanya terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk para jamaah pria sedangkan lantai dua untuk jamaah perempuan. Kapasitas masjid ini bisa menampung sekitar 6.000 orang jamaah.

Sumber: Republika.co.id (foto diambil sebelum masa pandemi)

Di dalam bangunan induk dilengkapi dengan empat buah Minaret atau yang kita kenal dengan menara. Masing-masing tingginya 62 meter. Salah satu Minaret dilengkapi dengan lift yaitu Minaret pada bagian depan kanan. Pada kubah utama berbentuk setengah lingkaran dari cor beton dengan garis tengah 20 meter.

Gaya arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah merupakan perpaduan antara Jawa, Timur Tengah (Arab Saudi) dan Yunani. Gaya Timur Tengah terlihat dari kubah dan empat minaretnya. Gaya Jawa terlihat dari bentuk tajugan di bawah kubah utama. Sedangkan gaya Yunani terlihat pada 25 pilar-pilar Kolasium dipandu dengan kaligrafi Arab yang sangat indah.

Pada Plasa masjid terdapat gerbang yang dinamakan Gerbang Al Qanathir yang artinya Megah dan Bernilai. Tiang penyangga gerbang ini berjumlah 25 buah yang merupakan simbol dari 25 Rosul Allah sebagai pembimbing umat.

Di gerbang ini bertuliskan kaligrafi Syahadat Tauhid Ashyhadu Alla Illa Ha Illallah dan Syahadat Rasul Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah.

Sedang pada bidang datar tertulis huruf pegon, huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa dan bahasa Sunda, yang berbunyi Sucining Guna Gapuraning Gusti.

Sumber: Republika.co.id

Plasa Masjid seluas 7.500 meter persegi ini merupakan perluasan ruang sholat yang dapat menampung kurang lebih 10.000 jamaah. Perancangan masjid ini disebut perwujudan filosofi dan kesinambungan historis perkembangan agama Islam di Tanah Air. Filosofi ini diterjemahkan dalam Candasengkala yang dirangkai dalam kalimat "Sucining Guna Gapuraning Gusti".

Artinya, tahun Jawa 1943 atau tahun Masehi 2001 adalah tahun dimulainya realisasi dari gagasan pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah. Candrasengkala menjadi jati diri dari Masjid Agung yang megah dan indah, buah karya perpaduan unsur budaya internasional maupun lokal dalam kebudayaan Islam.

*Sumber: Republika.co.id

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image