Ramadhan di Yerusalem yang Menegangkan Bagi Umat Islam

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 29 Apr 2021 11:26 WIB

Ramadhan di Yerusalem yang Menegangkan Bagi Umat Islam. Foto: Sejumlah warga duduk di kafe dekat Gerbang Damaskus ke Kota Tua Yerusalem, Sabtu (24/4). Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa Palestina terjadi pada malah hari di bulan suci Ramadhan. (AP Photo/Maya Alleruzzo) Foto: AP/Maya Alleruzzo Ramadhan di Yerusalem yang Menegangkan Bagi Umat Islam. Foto: Sejumlah warga duduk di kafe dekat Gerbang Damaskus ke Kota Tua Yerusalem, Sabtu (24/4). Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa Palestina terjadi pada malah hari di bulan suci Ramadhan. (AP Photo/Maya Alleruzzo)

REPUBLIKA.CO.ID, SABAH – Di Yerusalem yang diduduki, ketegangan Israel-Palestina telah meningkat lebih tinggi dari biasanya sejak awal bulan suci Ramadhan, (13/4) lalu. Ketegangan tersebut pun berubah menjadi kekerasan yang terjadi dengan sejumlah penangkapan dan cedera bagi umat Islam, pekan lalu.

Dilansir di Daily Sabah, Kamis (29/4), setiap Jumat, ribuan jamaah Palestina dengan cemas mencoba untuk menghadiri shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa. Mereka melewati langkah-langkah ketat tentara Israel, melewati banyak penghalang ketika polisi Israel meningkatkan penjagaan di sekitar Yerusalem.

Baca Juga

Pada dini hari, otoritas pendudukan Israel menutup pos pemeriksaan yang memisahkan Yerusalem dari sisa Tepi Barat dan mengerahkan polisi untuk melintasi Kota Tua. Tujuannya adalah untuk menghalangi pergerakan orang Palestina dan memaksa mereka berjalan lebih jauh untuk mencapai Yerusalem.

Di dalam Kota Tua, petugas polisi Israel memasang penghalang besi, memeriksa kartu identitas orang yang lewat di gang-gang menuju kompleks masjid, mengeluarkan denda terhadap orang lain yang konon tidak memakai masker, dan menahan sebentar orang lain karena diduga tidak memiliki izin masuk.

Tindakan represif itu terjadi ketika Administrasi Sipil Israel yang merupakan badan pengelola pendudukan militernya di Tepi Barat mengumumkan bahwa pada bulan Ramadhan hanya akan memungkinkan sejumlah orang Muslim saja yang dapat mengakses Masjid Al-Aqsa. Yakni hanya 10 ribu orang dari Tepi Barat yang mendapat akses akan tetapi mereka harus divaksinasi penuh.

Sementara itu, tidak ada seorang pun dari Jalur Gaza yang terkepung diberi izin untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa.

Bentrokan malam yang biasa terjadi

Sejak hari pertama Ramadhan, Yerusalem Timur telah menyaksikan bentrokan malam hari antara polisi dengan jamaah shalat. Bentrok terjadi dengan ketegangan yang meningkat atas keputusan polisi untuk melarang orang duduk di tangga di luar Gerbang Damaskus (Bab al Amoud), dengan dalih pembatasan sosial akibat Covid-19. Pembatasan, serta keputusan untuk memutuskan aliran listrik selama adzan di kompleks masjid pun dengan semena-mena dilakukan Israel.

Gangguan malam hari di area Masjid Al-Aqsa juga meningkat ketika polisi Israel memblokir akses ke kawasan pejalan kaki di sekitar dinding dengan barikade logam. Barikade ini melarang pertemuan rakyat Palestina di daerah tersebut pada akhir puasa di siang hari dan shalat Isya di Masjid Al-Aqsa.

Biasanya pada saat tarawih merupakan ibadah yang dapat menarik ratusan ribu Muslim Palestina ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Bagi sebagian besar warga Palestina di Yerusalem dan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, Ramadhan erat kaitannya dengan aktivitas yang terhubung langsung ke Masjid Al-Aqsa.