Kamis 29 Apr 2021 11:58 WIB

Nestle Berencana Tutup Pabrik, 600 Karyawan Bakal di-PHK

Penutupan pabrik Nestle di Newcastle ini akan dilakukan akhir 2023.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Nestle.
Foto: EPA
Nestle.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Nestle berencana  menutup pabrik yang berada di Fawdon, Newcastle. Akibatnya, Nestle juga harus memberhentikan hampir 600 karyawannya di Inggris dan mengalihkan produksi beberapa produknya ke negara Eropa lainnya.

Nestle mempertimbangkan menutup pabriknya tersebut pada akhir 2023. “Nestle Confectionery memiliki strategi bisnis yang ambisius di Inggris dan proposal ini dimaksudkan untuk mendukung kesuksesan jangka panjang kami dalam kategori yang semakin kompetitif,” tulis pernyataan Nestle dikutip dari The Guardian, Rabu (29/4).

Baca Juga

Nestle memastikan, perubahan yang diusulkan akan menciptakan jejak produksi yang lebih efisien. Nestle mengatakan, akan memastikan karyawan terdampak mendapatkan dukungan dengan baik selama proses konsultasi.

Pabrik di Fawdon yang dibuka pada 1958, membuat produk termasuk Fruit Pastilles, sedangkan situs York memproduksi KitKats. Nestle yang mempekerjakan 8.000 ribu pekerja di Inggris ingin memindahkan produksi dari Fawdon ke pabrik lain di Inggris dan Eropa.

Baca juga : Periksa 1.064 Spesimen, DIY Laporkan 292 Kasus Baru

Keputusan untuk mengusulkan penutupan pabrik di Fawdon merupakan upaya berkelanjutan oleh tim pabrik untuk mengurangi kerumitan yang ada dan memperkenalkan produk baru dalam beberapa tahun terakhir. “Jika proposal ini dilanjutkan, kami berharap pada masa depan akan memproduksi produk dengan volume yang lebih tinggi secara keseluruhan sambil mengoperasikan sejumlah kecil pabrik,” ungkap Nestle.

Nestle memastikan tidak meremehkan dampak penutupan pabrik di Fawdon. Nestle menegaskan, akan bekerja dengan komunitas lokal untuk menemukan cara agar dapat mendukung area tersebut.

Hanya saja, serikat buruh GMB menilai hal tersebut sangat memuakkan demi hanya mengejar keuntungan dengan cara yang kejam. “Menghancurkan ratusan nyawa dalam mengejar keuntungan yang kejam, kepada para pekerja yang telah membuat perusahaan terus berjalan selama pandemi global adalah hal yang memuakkan,” kata pejabat serikat buruh GMB Ross Murdoch.

Murdoch menuturkan, Nestle merupakan produsen makanan terbesar di dunia dengan keuntungan yang sangat besar seharusnya mampu memperlakukan karyawannya dengan benar. Murdoch  mengatakan, Nestle justru membiarkan pabrik-pabrik merosot, produksi outsourcing ke luar negeri, dan sekarang memangkas hampir 600 karyawan. 

 

BACA JUGA: Subsidi dan Stimulus Ekonomi Pandemi Covid-19: Industri Perbankan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement