Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image royhan faradis

Jadikan Ramadhan Momen Investasi Kala Pandemi

Gaya Hidup | Thursday, 29 Apr 2021, 11:55 WIB

Ramadhan telah datang. Seluruhumat manusia seantero dunia mulai mengikat pinggang untuk menahan lapar, dahagadan hawa nafsunya. Walaupun tak semeriah dulu, namun deretan sandal masihtampak ramai tersusun rapi di pekarangan masjid tanda banyaknya makmum yangdatang berbondong-bondong. Gema shalat berjamaah saling bersaut-sautan dalamgelapnya malam tanda shalat tarawih mulai ditunaikan. Atmosfer ini membuatsiapa saja yang merasakannya akan berdecak kagum, apalagi di Indonesia yangmerupakan negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia. Pandemi atau tidak, semangat memeriahkan Ramadhan tak pernah surut.

Para mubaligh banyak menyuarakanbahwa bulan Ramadhan ini sejatinya terbagi ke dalam tiga fase penting. Fasepertama adalah fase rahmat. 10 hari pertama di bulan Ramadhan merupakanbulannya kedermawanan untuk peduli terhadap sesama. Terkhusus di fase pertamaini, ibadah puasa akan terasa sangat berat karena perut terkejut karena dipaksauntuk puasa. Yang dulunya usus tak henti-hentinya menggiling, kini bisaistirahat tanpa perlu pusing . Fase kedua merupakan fase maghfirah atauampunan. Pada 10 hari kedua seluruh umat muslim diminta untuk banyak-banyaknyameminta ampunan dan menyesali perbuatan dan perkataan yang tercela sebelumBulan Ramadhan datang. Sedangkan fase terakhir merupakan fase pembabasan dariapi neraka. Tidak mudah tentunya di fase 10 hari terakhir ini. Sandal-sandalyang di awal Ramadhan banyak ditemukan di tempat ibadah baik saat tarawihataupun waktu-waktu shalat fardlu, kini seolah hilang. Justru pada momen itu, suarabunyi sandal-sandal tadi dapat terdengar hilir mudik di pusat perbelanjaan.Fenomena ini menarik dimana perhatian umat sudah mulai berubah. Shaf shalatmakin maju tetapi shaf parkiran di pusat perbelanjaan makin kebelakang.

Ramadhan seyogyanya menjadi momeninvestasi bagi umat muslim karena pada bulan ini segala hawa nafsu dicoba untukdirem. Dengan diremnya hawa nafsu ini seharusnya pengeluaran rumah tanggasemakin seret, tapi tabungan lebih menggendut. Jika dianalogikan ke dalamanalogi sederhana saja, pada bulan puasa frekuensi makan berat selama dua kalisaja yakni saat berbuka puasa dan sahur. Berbeda dengan pada bulan-bulanlainnya dimana makan berat umumnya dijadwalkan sampai tiga kali sehari. Jikaasumsi setiap porsi makanan bernilai Rp. 15.000,- dan dalam satu rumah tanggaterdapat empat anggota rumah tangga maka sehari pengeluarannya akan dapatdihemat sampai Rp. 60.000,-. Maka untuk satu bulan dapat berhemat hingga Rp.1.800.000 , setahun dapat berhemat sampai Rp. 21.600.000. Dengan nominal tersebutsetidaknya dalam setahun dapat untuk dialokasikan ke kebutuhan pendidikan,pembelian kendaraan atau untuk berkurban seekor sapi pada Hari Raya Idul Adha.

Salah satu magnet penguras konsumsi pada Bulan Ramadhan adalah belanja baju (sumber : pixabay)

Fakta yang kontradiktif

Berdasarkan data pengeluaran yangtercermin dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan hal yangkontradiktif. Fenomena-fenomena yang terjadi pra dan pasca Ramadhan justrumenunjukkan adanya pengeluaran yang masif dari sektor rumah tangga. Berbandingterbalik dengan hakikat Ramadhan dimana dituntut kepada yang menjalankannyauntuk berhemat.

Kilas balik mulai dari tahun 2016hingga tahun ini, Bulan Ramadhan jatuh di kuartal II kalender Masehi yakni direntang April-Juni. Di periode inilah justru pengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakatmulai menanjak dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pengeluaran meningkat tak terbendung melebihi kebiasaan kuartal-kuartalsebelumnya. Pada kuartal II 2016 laju pertumbuhan pengeluaran konsumsirumah tangga mencapai level 1,36 persen dibandingkan kuartal I. Pada kuartal II2017 mencapai laju pertumbuhan 1,37 persen dibandingakn kuartal sebelumnya.Pola yang sama masih terjadi pada 2018 dan 2019. Terakhirpada kuartal II 2020 laju pertumbuhan pengeluarankonsumsi rumah tangga seret hingga minus 6,53 persen bertepatan mulai masuknyakasus Corona pertama di tanah air. Walaupun bisa jadi tahun kemarinmerupakan momen terpuruk, tetapi pengeluaran di kuartal berikutnya yakniJuli-September konsumsi rumah tangga naik hingga 4,69 persen. Yang semula hematpada awal pandemi, pengeluran kembali jor-joran pasca diberlakukannyanew-normal pasca bulan suci. Sungguh menarik memang fenomena Ramadhan danpengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakat tanah air.

Ada beberapa faktor penyebab mengapa bisaterjadi peningkatan signifikan konsumsi masyarakat saat bulan puasa, pertamakarena Bulan Suci Ramadhan itu berbasis soliditas dan komoditas. Sehingga,banyak masyarakat yang mengundang orang untuk berbuka puasa bersama, mengundanganak yatim piatu, atau bahkan mengundang masyarakat untuk sahur bersama.Pandemi tak sedikitpun menyurutkan rasa solidaritas ini, walau terkadang tidakperlu kumpul, rasa ingin berbagi tetap menggebu-gebu.

Faktor kedua adalah karena daya tarik berlebaran saat Bulan Suci Ramadhan sehinggawarga sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut Idul Fitri walaupunbulan puasa belum selesai. Sehingga adanya kecenderungan melakukan persediaandi luar kebiasaan membuat tingkat konsumsi terus meningkat. Faktor terakhiradalah Bulan Suci Ramadhan ini adalah bulan spirit bagi umat muslim untuksaling berbagi dan membangun kepedulian. Ini membuat jumlah arus uang beredarsemakin kencang dan alokasi tabungan investasi justru makin kempis.

Bulan ini seharusnya menjadimomen untuk mengerem hawa nafsu. Semoga tingginya laju pertumbuhan konsumsirumah tangga di atas dibarengi dengan tingkat transfer yang tinggi dari rumahtangga yang satu dengan rumah tangga yang lain, dengan sebutan lain yaknisedekah. Apabila tingkat sedekah tinggi, semoga pemerataan pendapatan dariseluruh umat tewujud. Tentu dari sisi makroekonomi naiknya pertumbuhan konsumsiini membawa angin segar bahwa perekonomian masih berjalan dengan kondusif danperputaran roda ekonomi berjalan dengan baik. Semoga dengan momen Ramadhandimana disyariatkan kepada kaum muslim untuk berpuasa dan menahan nafsu membuatroda perekonomian bergerak ke arah yang positif. Bukankan telah dijanjikan satutempat khusus di surga, yang pintunya bertuliskan Al-Rayyan (kesegaran,kedamaian) dan hanya bisa dimasuki oleh mereka yang ahli berpuasa. Setelahsemua ahli berpuasa telah masuk, pintu itu akan tertutup, dikunci, dan tidakmembiarkan selain orang yang ahli berpuasa memasukinya. Semoga bagi mereka yangmelaksanakannya digolongkan ke dalam golongan tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image