Jumat 30 Apr 2021 07:09 WIB

Belajar dari India, Patuh Prokes Demi Hindari Tsunami Corona

Belajar dari India, Patuhi Prokes Demi Hindari Tsunami Covid-19

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Subarkah
Seorang anggota keluarga, mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), melakukan upacara terakhir untuk korban COVID-19 di tempat kremasi di New Delhi, India,  Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berlanjut. berjuang dengan suplai oksigen.
Foto: EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Seorang anggota keluarga, mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), melakukan upacara terakhir untuk korban COVID-19 di tempat kremasi di New Delhi, India, Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berlanjut. berjuang dengan suplai oksigen.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Perkembangan kasus Covid-19 di dunia menunjukkan adanya gelombang dan varian baru yang terjadi di sejumlah negara seperti di India. Berbagai upaya harus terus dilakukan, mencegah kejadian serupa agar tidak terjadi di Indonesia.

“Pelajaran yang harus kita pegang dari kejadian di India adalah, begitu kasus Covid-19  meningkat maka diikuti oleh meningkatnya fatalitas atau angka kematian. Penyebab pastinya dari  peristiwa di India, belum diketahui seutuhnya,” ujar Ahli Virologi Universitas Udayana Bali I Gusti Ngurah Kade 

Mahardika dalam Dialog Produktif bertema Belajar  dari India Tingkatkan Kepatuhan Prokes Sekarang Juga yang diselenggarakan KPCPEN dan FMB9, Kamis (29/4).

 

Mahardika juga menduga, euforia vaksinasi di India menjadi faktor penentu terjadinya peristiwa tsunami Covid-19 tersebut. 

 

“Lingkup vaksinasi di India sebenarnya juga masih berkisar di angka 7 persen dari jumlah penduduknya, euforia vaksinasi di sana masih dini. Jangan sampai ini 

terjadi di Indonesia, karena lingkup vaksinasi di Indonesia baru menyentuh angka sekitar 2,5 persen dari jumlah penduduk,” katanya.

 

Ia menambahkan, apa yang terjadi di India masih belum pasti disebabkan oleh mutasi virus COVID-19. Namun, ia meminta semua pihak belajar bahwa kerumunan, dan euforia vaksinasi menjadi faktor terbesar yang membuat terjadinya tsunami Covid-19 di India. Hal ini bisa dicegah dengan bersama-sama mematuhi 

protokol kesehatan 3M.

 

Mahasiswa Indonesia di India Agoes Aufiya menceritakan kondisi di India saat ini. 

 

“Dalam 24  jam terakhir, telah terkonfirmasi 379 ribu kasus baru sehingga angka kasus aktif mencapai 3 juta dengan kasus kematian mencapai 3.646. Kalau melihat laporan ketersediaan ruang ICU Covid-

19 di New Delhi, dari 4.821 kamar yang ada, kini tersisa 18 ICU saja,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi telah memberikan imbauan kepada WNI yang berada di India untuk tetap di 

rumah saja, tetap mematuhi protokol kesehatan, dan memenuhi pasokan logistik agar tidak keluar rumah kalau tidak perlu. KBRI dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Mumbai memberikan nomor telepon darurat apabila ada 

WNI yang memerlukan bantuan atau asistensi.

 

Saat ini New Delhi memasuki masa lockdown fase kedua yang sudah diperpanjang. 

 

“Lockdown sebelumnya dilakukan pada 20-26 April. Kini diperpanjang 27 April sampai 3 Mei 2021. Untuk keluar rumah ke tempat yang lebih jauh, perlu menggunakan izin tertentu dari pemerintah India,” katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement