Rabu 05 May 2021 21:20 WIB

Pemprov Jabar Targetkan 30 Persen Sampah Bisa Didaur Ulang

Gaya hidup modern telah membuat manusia lebih mudah menghasilkan sampah

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meluncurkan “Kelola Sampah Berbasis Digital Menuju Jabar Juara” dalam Jabar Punya Informasi (JAPRI) di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (5/5/2021)
Foto: Istimewa
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meluncurkan “Kelola Sampah Berbasis Digital Menuju Jabar Juara” dalam Jabar Punya Informasi (JAPRI) di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (5/5/2021)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berkomitmen mengentaskan permasalahan sampah melalui inovasi dan kolaborasi. Hal ini dilalui setelah Gubernur Jabar Ridwan Kamil menggandeng Hamish Daud selaku pencetus Octopus, aplikasi untuk mengumpulkan sampah plastik yang bisa didaur ulang.

"Dengan kerja sama Octopus ini, kami targetkan 30 persen sampah di Jabar bisa didaur ulang sampai 2025," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam diskusi Kelola Sampah Berbasis Digital Menuju Jabar Juara di acara Jabar Punya Informasi (Japri) Gedung Sate, Rabu (5/5).

Menurut Emil, salah satu permasalahan dalam sebuah pembangunan berkelanjutan adalah populasi manusia yang kian bertambah. Meski program menekan laju pertumbuhan penduduk dilakukan, tapi penuruannya tidak signifikan. 

Kondisi ini, kata dia, kemudian berdampak ada volume sampah. Karena itu, kolaborasi tersebut dilakukan guna menekan jumlah sampah khususnya dari rumah tangga masuk ke tempat pembuangan sampah akhir (TPSA).

Terlebih, kata dia, dengan gaya hidup yang kian modern, masyarakat kemudian lebih mudah menghasilkan sampah dibanding jaman dulu.

"Sekarang kalau ada pengajian saja langsung pakai air mineral. Kemudian sampah yang ada di rumah dibuang saja yang penting tidak ada di halamannya. Hasilnya sampah ini masuk ke sungai, masuk ke laut," katanya.

Dengan memanfaatkan aplikasi digital, Emil berharap, upaya penyelesaian permasalahan sampah di Jabar dapat maksimal. Di mana melalui aplikasi Octopus hasil sampah yang dipilah masyarakat nantinya bisa diambil oleh para pelestasi, sebutan bagi para pemulung yang dipekerjakan. 

Masyarakat, kata dia, tinggal mengunduh aplikasi ini kemudian bisa memberikan sampah yang telah didaur ulang untuk dijadikan rupiah. Saking mudahnya, maka tak perlu bepergian ke luar rumah, karena para pelestari sampah yang akan datang dan mengambil sampah rumah tangga yang telah dipisahkan tersebut.

"Aplikasi menyederhanakan proses sehingga ibu-ibu di rumah sambil main handphone tinggal panggil pelestasi terdekat. Ini (octopus) sangat revolusioner dan user friendly, makanya enak," papar Emil.

Dengan adanya aplikasi ini, kata dia, maka sistem sircular ekonomi akhirnya berjalan. Mulai dari produsen kemudian ke konsumen, sampah bisa dipilah dan didaur ulang untuk kemudian dijual kembali ke produsen produk. Cara ini membuat produksi plastik baru untuk produk tertentu bisa diminimalisir.

Sementara menurut Hamish Daud, selaku founder Octopus, melalui aplikasi ini masyarakat bisa bergotong-royong tanpa harus terikat dengan komunitas atau pegiat lingkungan apapun. Cara ini lebih mudah bagi mayoritas penduduk yang hanya ingin mencoba memilih sampah rumah tangganya.

Hamish mengatakan, nantinya bukan hanya sampah plastik botol yang bisa diambil para pelestasi, bahkan keresek dan pampers pun akan coba didaur ulang agar tidak menjadi limbah di TPSA. 

"Untuk pampers ini kita pilot project di Bandung. Jadi ibu rumah tangga ini nanti bisa dapat insentif untuk olah pampersnya ke kita," kata Hamish

Ketua bank sampah Jabar Satori mengatakan, di era digital ini pemanfaatan berbagai aplikasi untuk mengumpulkan sampah daur ulang memang penting dan harus dimanfaatkan. Salah satu persoalan yang selama ini terjadi di bank sampah adalah menghubungkan masyarakat dengan para pemulung atau pengumpul sampah.

Dengan kerja sama ini, Satori berharap ada poin strategis yang bisa dimafaatkan bersama. Apalagi sekarang di Jabar sudah ada 1.800 bank sampah yang tersebar di seluruh daerah."Sudah ada 4 juta pemulung di Jabar dar sekitar 4.000 ada di Bandung, ini jadi sumber daya yang bisa dimaksimalkan ketika memanfaatkan akses digital," kata Satori.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement