Sabtu 08 May 2021 04:26 WIB

60 Persen Pemuda Sembunyikan Identitas sebagai Muslim

Pemuda muslim banyak yang menyembunyikan identitasnya sebagai muslim

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah umat Muslim melaksanakan shalat tarawih
Foto: AP/Shafkat Anowar
Sejumlah umat Muslim melaksanakan shalat tarawih

IHRAM.CO.ID, BOSTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam Boston, menyatakan dalam sebuah laporan bahwa 60 persen pemuda Muslim yang disurvei di Massachusetts melaporkan telah diejek dan dilecehkan secara verbal maupun fisik karena keyakinan agama mereka sebagai muslim.

Organisasi advokasi dan hak sipil Muslim mengatakan, sekitar sepertiga siswa juga mengubah penampilan, perilaku, bahkan  nama mereka untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka adalah seorang muslim. Sekitar 17 persen melaporkan bentuk pelecehan fisik lainnya, termasuk mengenakan hijab.

"Laporan tersebut menunjukkan bahwa kami berada di tengah-tengah krisis di kalangan pemuda Muslim di negara bagian kami," kata organisasi itu di halaman Facebooknya.

"Kami berharap ini membantu menjadi katalisator untuk perubahan yang sangat dibutuhkan dengan menunjukkan skala penuh dari masalah ini," tambah organisasi itu dilansir dari Boston, Jumat (7/5).

Ini merupakan survei Islamofobia pertama kali yang dilakukan di sekolah umum Massachusetts. Survei tersebut dimodelkan setelah survei serupa dilakukan setiap dua tahun oleh organisasi di cabang California.

"Antara Juli 2019 dan Januari 2020, hampir 200 siswa sekolah negeri yang terdaftar di kelas 6 hingga 12 disurvei di Massachusetts," menurut organisasi tersebut.

Hasilnya diperoleh baik secara langsung atau melalui portal online yang aman, dan sejumlah responden juga berbagi pengalaman pribadi mereka tentang penindasan dan pelecehan. Misalnya, seorang siswa berusia 14 tahun yang tinggal di daerah Boston mengatakan, dia berhenti mengenakan jilbabnya setelah dilecehkan di sekolah menengah.

Menurutnya, siswa lain menyebarkan desas-desus tentang keterkaitannya sebagai ISIS hanya karena ia berjilbab. Kemudian ketika dia mencoba melaporkan seorang siswa yang memanggilnya teroris, dia menghadapi pembalasan dari siswa di tim sepak bola tersebut. Siswa lain juga meneriakkan “Allahu akbar” padanya ketika ia berada di kantin sekolah.

Seorang siswa Muslim lain di wilayah Boston berusia 13 tahun, mengatakan selama tugas kelas tentang jenis bangunan, salah satu teman sekelasnya menggambar menara World Trade Center dan menggambarkannya sebagai salah satu teroris.

Dalam laporan survei Islamofobia, organisasi juga memberikan rekomendasi untuk siswa, orang tua, guru, administrator sekolah dan lain-lain. Bahwa siswa harus segera melaporkan intimidasi atau pelecehan kepada administrator sekolah, minta keluarga mereka mengajukan keluhan resmi dan melaporkan kejadian tersebut ke organisasi.

Orang tua juga harus mewaspadai tanda-tanda penindasan, seperti cedera yang tidak dapat dijelaskan, barang-barang pribadi yang rusak atau hilang, dan menghindari atau menolak untuk pergi ke sekolah.

"Kabupaten harus memastikan guru dan anggota staf berpartisipasi dalam pelatihan kompetensi budaya, karena sekitar 40 persen responden survei mengatakan pejabat sekolah itu juga membuat komentar yang menyinggung tentang Islam atau Muslim," kata organisasi itu.

Rekomendasi dalam laporan tersebut juga termasuk meminta Kongres meloloskan Undang-Undang Peningkatan Sekolah Aman, yang akan melarang penindasan dan pelecehan berdasarkan agama, ras, warna kulit, asal kebangsaan, jenis kelamin, kecacatan, orientasi seksual, atau identitas gender siswa. Tidak ada hukum federal yang secara langsung menangani intimidasi, menurut organisasi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement