Sabtu 08 May 2021 12:50 WIB

Pandemi, Mata Pencaharian Penambang Kecil Terdampak

Seringkali perempuan dan anak muda jadi tumpuan mencari mata pencaharian alternatif.

Kegiatan Ruang XY ke-11 yang terdiri dari pameran foto dan video hasil karya penambang skala kecil dan diskusi nasional daring. Tema diskusi nasional kali ini adalah “Tantangan dan Peluang Bagi Perempuan dan Anak Muda di Komunitas Penambang Skala Kecil Saat Pandemi”.
Foto: dokpri
Kegiatan Ruang XY ke-11 yang terdiri dari pameran foto dan video hasil karya penambang skala kecil dan diskusi nasional daring. Tema diskusi nasional kali ini adalah “Tantangan dan Peluang Bagi Perempuan dan Anak Muda di Komunitas Penambang Skala Kecil Saat Pandemi”.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas penambang skala kecil tersebar luas di Indonesia meskipun jumlahnya tidak pernah terdokumentasi dengan baik. Pekerjaan sebagai penambang, baik formal maupun informal, diminati karena dirasa memberikan hasil yang terkadang besar dan cepat meskipun ada risiko kesehatan dan keselamatan yang sangat tinggi seperti kontaminasi zat berbahaya dan kecelakaan kerja akibat penggunaan perlengkapan keselamatan yang sangat minim.

"Perempuan dan anak muda adalah bagian dari komunitas penambang skala kecil. Mereka menjalankan berbagai macam peran untuk berkontribusi pada ekonomi rumah tangga. Ada yang menjadi penambang aktif, ada pula yang berwirausaha untuk membantu pasangan atau orang tua mereka yang bekerja sebagai penambang," kata Direktur Eksekutif Women in Mining and Energy (WiME), Maya Muchlis, dalam siaran pers, Sabtu (8/5).

Dalam konteks Covid-19 saat ini, perempuan dan anak muda menjadi salah satu kelompok masyarakat yang menerima dampak cukup berat. Kondisi pandemi menyebabkan mata pencaharian mereka berkurang bahkan hilang akibat kegiatan penambangan yang dikurangi atau terhenti. 

"Dalam kondisi krisis di mana anggota dewasa dalam rumah tangga harus berhenti bekerja akibat pandemi, seringkali perempuan dan anak muda menjadi tumpuan utama dalam mencari mata pencaharian alternatif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga," kata Maya.

Untuk mengkaji dampak Covid-19 terhadap kehidupan komunitas penambang skala kecil dan memberikan ruang beraspirasi bagi kelompok tersebut, Women in Mining and Energy (WiME) dan Yayasan Tambuhak Sinta (YTS) baru-baru ini melaksanakan program pelatihan Photovoice dengan dukungan pendanaan dari Extractives Global Programmatic Support (EGPS) Trust Fund yang dikelola oleh Bank Dunia. Program ini dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Kabupaten Gunung Mas (Kalimantan Tengah), Kota Sawahlunto (Sumatera Barat), dan Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat).

Hasil program pelatihan Photovoice tersebut dipaparkan di kegiatan Ruang XY ke-11 yang terdiri dari pameran foto dan video hasil karya penambang skala kecil dan diskusi nasional daring. Tema diskusi nasional kali ini adalah “Tantangan dan Peluang Bagi Perempuan dan Anak Muda di Komunitas Penambang Skala Kecil Saat Pandemi”. 

"Diskusi ini dimaksudkan untuk mengkaji serta mengidentifikasi peluang, hambatan, dan rekomendasi dari berbagai pihak terkait dalam upaya meningkatkan kesejahteraan komunitas penambang skala kecil," kata Maya.

 

Turut diundang sebagai pembicara dalam kegiatan diskusi nasional ini adalah  Direktur Teknik dan Lingkungan Dirjen Mineral dan Batubara di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Lana Saria, Asisten Deputi Bidang Kesetaraan Gender di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Eni Widiyanti, Spesialis Tambang Senior di Bank Dunia, Balada Amor, dan Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Asep Sopari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement