Jumat 14 May 2021 06:01 WIB

Survei: Penganggur dan Pecinta Medsos Lebih Ragu Soal Vaksin

Keyakinan pelajar, pekerja, atau pensiunan terhadap vaksin di atas rata-rata.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yeyen Rostiyani
Vaksin COVID-19 AstraZeneca (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Vaksin COVID-19 AstraZeneca (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS –- Eurofound melakukan survei untuk mengetahui kepercayaan publik Uni Eropa terhadap vaksin. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan kuat antara keraguan pada vaksin dan orang yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama.

Warga Bulgaria adalah yang paling enggan menerima vaksin. Sebanyak 67 persen orang dewasa di sana mengatakan mereka tidak mungkin atau sangat tidak mungkin menggunakannya. Di Irlandia, hanya 10 persen orang dewasa yang mengatakan tidak akan mau mendapat suntikan vaksin. 

“Sayangnya, temuan ini mencerminkan kegagalan untuk menyampaikan komunikasi yang persuasif dan jelas mengenai kemanjuran dan keamanan vaksin,” kata manajer penelitian senior Eurofound, Daphne Ahrendt pada Kamis (13/5).

Survei tersebut menemukan adanya pembagian timur-barat di seluruh Eropa. Kecuali Prancis dan Austria, niat untuk mendapatkan vaksinasi di atas 60 persen di semua negara Eropa barat. Negara-negara Nordik dan Mediterania, Denmark serta Irlandia memiliki tingkat yang lebih tinggi.

Tingkat penyerapan terencana di negara-negara Eropa timur jauh lebih rendah, berkisar dari 59 persen di Rumania hingga 33 persen di Bulgaria. 

Menurut survei Eurofound, orang yang menggunakan media sosial sebagai sumber berita utama mereka hanya 40 persen yakin pada vaksin. Namun, orang yang menggunakan media tradisional seperti pers, radio dan televisi, hanya 18 persen responden yang skeptis terhadap vaksin. 

Survei tersebut juga menemukan bahwa pelajar, pekerja atau pensiunan lebih yakin terhadap vaksin daripada rata-rata. Sementara 39 persen orang yang menganggur atau mereka yang menderita penyakit kecacatan jangka panjang lebih ragu-ragu.

Survei Eurofound dilakukan antara Februari dan Maret 2021, yakni setelah warga Eropa menjalani kehidupan selama setahun di bawah pembatasan akibat pandemi Covid-19. Semua 27 negara anggota Uni Eropa masuk dalam sampel survei.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement