Jumat 14 May 2021 05:01 WIB

Komunis Hilangkan Takbiran, Coca-cola Singkirkan Air Mawar

Lebaran di Balkan: Ketika Komunis Hilangkan Takbir, Coca-cola Singkirkan Air Mawar

Takbiran di Masjid di wilayah Balkan kala musim pandemi Covid-19.
Foto: Balkaninsight
Takbiran di Masjid di wilayah Balkan kala musim pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Semenanjung Balkan yang dahulu merupakan wilayah Yugoslavia menyimpan jejak peradaban Islam di Eropa. Negara yang dahulu didirikan Presiden Jozip Broz Tito -- sahabat Soekarno dalam non blok, kini memang sudah tiada. Negara beridelogi komunis pada dekade 90-an ini sudah tinggal sejarah. Wilayahnya sekarang terpecah dan menjadi tujuh negara.

Bosnia dan Serbia karena masih punya cukup banyak warga Muslim, memang punya jejak kenangan khusus bagaimana lebaran di masa Yugoslavia yang komunis dilaksanakan. Warga Bosnia-Serbia, Edin Hidzalik kemudian menceritakan mengenai suasana lebaran kala itu.

Jozip Broz Tito, Sohib Soekarno yang Juga Pengagum Perempuan - Minews ID

 

Keterangan foto: Soekarno berbincang dengan Tito.

''Pada zaman komunis di Yugoslavia tak ada lebaran atau liburan lebaran. Agama hanya jadi urusan pribadi. Dan kami dari anak kampung Muslim yang bernama Velika Zupa di Prijepolije merasakan itu semua. Bagaimana suasana Ramadhan dan hari lebaran kala itu,'' ungkap Edin.

Dan memang ada makanan khusus yang ada dan menjadi penanda datangnya Ramadhan di sana. Menurut Edin, makanan khusus itu bernama 'halwa'. Penganan ini semacam kue Arab. Terbuat dari adonan wijen, minyak, dan gandum. Cara masaknya diaduk dan kemudian dipanaskan dalam oven.

''Nah, adonan gandum dan minyak kemudian diaduk, lalu dipanaskan menjadi potongan roti hingga kecoklatan. Kala itu, ketika dipanaskan maka akan muncul bau wangi yang sangat khas. Nah, bau wangi kue helwa ini menjadi ciri pertanda karena pada waktu itu bau wangi ini juga memenuhi kota kecil kami,'' ujarnya.

Yang paling unik, lanjut Edin, setelah di masak kue halva ini ditaruh di depan rumah agar bisa diambil siapa saja. Makanan ini muncul semenjak malam pertama Ramadhan sampai lebaran. Semua orang bisa menikmati kue halwa yang wangi ini.

Yang khas lagi, kata Edin, di Balkan dahulu juga ada takbiran memukul bedug keliling seperti di Indonesia. Tradisi ini hilang semenjak usai perang dunia kedua dengan berkuasa rezim Josip Broz Tito komunis. Nah, setelah rezim ini berkuasa tradisi takbiran keliling yang dilakukan kaum muda dan anak-anak ini pun tak ada lagi.

''Saya baru tahu ketika baca sebuah novel. Di sana, dua ratus tahun silam, Balkan begitu marak dengan takbiran pada malam Idul Fitri. Saya kaget juga ketika tahu itu. Rupanya setelah saya cari takbiran di Balkan ini tak ada lagi atau dilarang kala Balkan berada dalam cengkeraman rezim komunis,'' tegas Edin Hidzalik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement