Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elsa Zulaeda

Terlupakan Namun Ada, Flu Spanyol 1918 Menjangkiti Dunia

Sejarah | Friday, 14 May 2021, 00:22 WIB
Foto di atas menunjukkan anak-anak balita yang dirawat di rumahsakit Kristen Mojowarno. Sumber: Wibowo, Priyanto. dkk. (2009). Yang Terlupakan Pandemi Influenza di Hindia Belanda. Depok: Kerja sama Departemen Sejarah FIB UI-UNICEF Jakarta-Komnas FBPI.

Sejarah menjadi saksi bahwa pandemi yang melanda saat ini bukanlah yang pertama terjadi. Pada tahun 1918 dunia dikejutkan dengan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bernama influenza. Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengartikan pandemi influenza ini menjangkiti hampir seluruh negara di dunia. Kondisi ini disebabkan virus influenza tipe A subtipe H1N1 yang cepat menyebar ke seluruh wilayah. H1NI diperkirakan menjadi virus influenza terganas dalam rekam jejak sejarah manusia. Adapun dampak dari virus ini menimbulkan komplikasi kematian, sehingga estimasi jumlah korban diakumulasikan mencapai 20-50 juta populasi penduduk di dunia. Terlupakan Namun Ada, Pandemi Global Flu Spanyol Pada Tahun 1918 menyebar ke seluruh dunia tak terkecuali Indonesia.

Mengapa Spanyol? Memang banyak peneliti yang menganggap pandemi ini berasal dari Amerika Serikat. Sejumlah serdadu di Fort Riley, Kansas pada bulan Maret 1918 dilaporkan terjangkit penyakit influenza. Dalam waktu singkat laporan bertambah seiring jumlah pasien yang meningkat. Kemudian, para ahli kesehatan menilai penyakit ini menyebar bukan hanya di kawasan Amerika, melainkan mulai sampai ke daratan Eropa. Kedatangan virus ini diduga bersamaan dengan pasukan Amerika yang dikirim Serikat ke Eropa sebagai wujud partisipasinya dalam Perang Dunia I. Sedangkan, laporan lain mengatakan jika virus ini ditemukan ketika tentara Perancis dan Inggris tertular oleh salah satu resimen tentara Amerika Serikat. Tak butuh waktu lama, Spanyol sebagai negara netral yang tidak terlibat perang juga ikut terjangkit. Negara ini menjadi yang pertama mempublikasikan bahwa terdapat pers yang menular sangat mudah dan luas. Oleh karena itu, dengan cepat wabah ini dinamakan Flu Spanyol.

Di Indonesia yang dulu dikenal dengan Hindia Belanda, perkembangan kemudahan akses transportasi oleh manusia membuatnya sering berpindah tempat karena suatu kebutuhan dan kegiatan. Ini menjadi salah satu jalur penyebaran virus ditambah dengan kondisi lingkungan yang kumuh dan pelayanan kesehatan dapat dikatakan buruk khususnya wilayah jajahan. Kepanikan masyarakat terus terjadi tanpa dibarengi pencegahan yang baik. Di sisi lain, sikap pemerintah kolonial yang tidak siap menyebabkan jumlah korban tidak sedikit. Virus ini tidak pandang bulu, sehingga banyak korban yang berjatuhan baik usia muda maupun tua.

Gambar diatas adalah bangunan rumahsakit yang didirikan oleh lembaga zending Kristen di kompleks pemukiman zanding Mojowarno. Sumber: Wibowo, Priyanto. dkk. (2009). Yang Terlupakan Pandemi Influenza di Hindia Belanda. Depok: Kerja sama Departemen Sejarah FIB UI-UNICEF Jakarta-Komnas FBPI.

Salah satu wilayah bagian Hindia Belanda, yaitu Mojowarno di Jombang, Karesidenan Surabaya pada Oktober 1918 melaporkan korban pertama penyakit influenza yang meninggal. Virus ini menyerang sebagian besar anak anak meskipun jumlah korban meninggal tidak banyak. Sikap pemerintah pusat yang belum mampu menentukan nasibnya, lembaga Nederlandsch Zendig Genootschap yang sedang berdinas telah mengambil upaya penanganan dengan memberikan berbagai fasilitas rumah sakit. Bangunan ini dianggap dapat membantu pemerintah dengan aktif memberikan informasi kesehatan terkait pencegahan dan penanganan gejala penyakit.

Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah, yakni menginstruksikan Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezondheids Dienst) untuk meneliti obat yang dapat memberantas penyakit agar mampu terlepas ketergantungan dari pil kina. Obat ini yang dianggap sangat mampu menyembuhkan. Selain itu, Dinas Kesehatan ini dipercaya untuk mendirikan tim khusus penanggulangan penyebaran, Adapun penyelidikan yang dilakukan menghasilkan hipotesis yang menduga penularan penyakit berasal dari udara. Sehingga, pemerintah kolonial memerintahkan untuk membagi masker secara massal. Dinas Kesehatan ini juga memberikan propaganda kepada masyarakat terkait kesehatan dan kesembuhan. Informasi ini menyampaikan meliputi gejala, penularan, gejala yang dirasakan, dampak, dan penanganannya.

Foto diatas adalah penjual jamu keliling. Sumber: Wibowo, Priyanto. dkk. (2009). Yang Terlupakan Pandemi Influenza di Hindia Belanda. Depok: Kerja sama Departemen Sejarah FIB UI-UNICEF Jakarta-Komnas FBPI.

Angka kematian yang tak kunjung berkurang juga disebabkan oleh faktor masyarakat yang cenderung lebih percaya untuk pergi dukun. Seiring dengan itu, misalnya masyarakat Jawa lebih mengandalkan pengobatan tradisional seperti jamu. Dapat dilihat di daerah Rembang memanfaatkan cabe lempuyang dan temulawak sebagai bahan jamu untuk mengobati pasien. Hal ini dilatarbelakangi adanya fakta bahwa dokter dokter di Jawa yang malas melayani mereka khususnya disebabkan oleh faktor keuangan. Para dokter tersebut memprioritaskan orang Eropa atau Cina yang pada dasarnya memiliki banyak uang, sehingga mampu membayar mahal hingga kesembuhan diperolehnya.

Gambar di atas adalah sebuah mobil yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Rakyat untuk melakukan penerangan atau propaganda. Sumber: Wibowo, Priyanto. dkk. (2009). Yang Terlupakan Pandemi Influenza di Hindia Belanda. Depok: Kerja sama Departemen Sejarah FIB UI-UNICEF Jakarta-Komnas FBPI.

Memori kolektif masyarakat tentang pandemi Flu Spanyol 1918 dapat dikatakan tidak banyak yang mengetahuinya. Ini disebabkan dampak pesatnya kemajuan bidang kesehatan serta masalah yang muncul membuatnya mudah dilupakan. Perkembangan dunia kesehatan membuat masyarakat tidak perlu lagi mengkhawatirkan masalah kesehatan. Peristiwa bersejarah ini banyak memberikan pembelajaran bagi manusia. Seperti persiapan pemerintah dalam membuat kebijakan penanganan pandemi, diharapkan tidak terjadi perbedaan pandangan antar pejabat yang akhirnya menyebabkan pemerintah tidak sigap memberikan tanggapan penanganan. Perbedaan pendapat juga perlu dihindari antara penduduk dengan pemerintah, sebagai contoh pemerintah kolonial yang percaya penyakit ini berasal dari luar, sedangkan penduduk lebih cenderung menganggap penyakit bersumber dari tempat sakral dan faktor alam. Selain itu, telah terjadi persaingan kepentingan antara pemerintah dengan Dinas Kesehatan. Di satu sisi, pemerintah menginginkan penanganan yang cepat, namun itu semua terhambat ketika Dinas Kesehatan merasa memiliki posisi sentral. Ini menyebabkan Dinas Kesehatan menginginkan mandat luas dengan mengatur segala kebijakan dinas atas instansi atas.

Berbagai upaya kebijakan di atas dapat dijadikan rujukan pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi. Kesalahan yang telah dilakukan di masa Pandemi Flu Spanyol dapat dipelajari dan dijadikan rujukan dalam membuat kebijakan. Diharapkan dapat meminimalisir melakukan kesalahan yang sama. Dengan mengingat peristiwa bersejarah jika dipahami dengan baik dan bijak, tentu hal positif akan datang membantu manusia untuk bertindak.

Daftar Pustaka:

Derek R. Long. (2008). The Spanish Lady Forgotten: American Historical Memory and the Influenza Pandemic of 1918-1919. Department of History: Middlebury College.

John Farndon. (2005). Everything You Need to Know: Bird Flu. Australia: Allen & Unwin Pty Ltd.

Wibowo, Priyanto. dkk. (2009). Yang Terlupakan Pandemi Influenza di Hindia Belanda. Depok: Kerja sama Departemen Sejarah FIB UI-UNICEF Jakarta-Komnas FBPI.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image