Rabu 19 May 2021 16:41 WIB

Legenda Roket-Roket Qassam yang Ditembakkan Hamas ke Israel

Sebagian besar roket Qassam diproduksi sendiri oleh Hamas di Gaza.

Hamas melakukan aksi balasan terhadap Israel dengan mengirimkan 130 roket ke Tel Aviv.
Foto: EPA/MOHAMMED SABER
Hamas melakukan aksi balasan terhadap Israel dengan mengirimkan 130 roket ke Tel Aviv.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani

Militan Palestina setidaknya telah meluncurkan lebih dari 3.200 roket ke Israel selama sepekan terakhir. Berdasarkan laporan yang dilansir New York Post, Selasa (18/5), sebagian besar, yakni roket jarak dekat Qassam (dinamai sama dengan sayap militer Hamas), adalah buatan atau produksi sendiri.

Baca Juga

Roket Qassam yang mempunyai daya jelajah hingga 10 kilometer berharga sekitar 300-800 dolar AS per roketnya. Daya sasaran yang tidak bisa ditebak memang tidak bisa dibandingkan dengan pengintersep rudal, Kubah Besi milik Israel yang menurut laporan New York Times dan klaim militer Israel, memiliki tingkat kesuksesan intersep hingga 90 persen dengan harga 50 ribu sampai 100 ribu dolar AS per satuannya.

Berbekal ilmu dari militer Iran, militan Hamas merakit roket hasil dari kumpulan dari alat-alat elektronik rumah tangga, pipa-pipa besi sisa dari proyek dekat permukiman Israel, bagian artilleri Israel yang gagal meledak, dan komponen-komponen lainnya.

 

Ahli misil Israel, Uzi Rubin, seorang insinyur pertahanan yang juga pernah mengepalai Organisasi Misil Pertahanan Israel, dan Tal Inbar, mantan kepala penelitian ruang angkasa, Fisher Institut, kepada Jerusalem Post, menyatakan bahwa Iran mengirim atau membiayai semua roket-roket yang dimiliki Hamas. Inbar mengutip pernyataan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Desember 2020, "Sebagian besar senjata, misil, dan fasilitas yang dimiliki militan Palestina di Gaza disuplai oleh Garda Revolusi Islam Iran."

"Iran menggunakan hubungan diplomatik dengan Sudan untuk mendirikan pabrik senjata untuk Gaza di Sudan," kata Nasrallah menambahkan.

Inbar juga mengutip hasil wawancara dengan komandan Hamas, Ismail Haniyeh, pada Mei 2020 yang menyatakan, “Saya secara khusus menggarisbawahi bahwa Republik Islam Iran, yang tidak pernah goyah mendukung dan mendanani pada militan, baik secara militer dan teknis."

Menurut kalangan intelijen Israel yang dikutip oleh The Times, kelompok-kolompok militan memiliki setidaknya 30 ribu roket dan mortir dalam banyak ragam jangkauan. Meski lemah dalam hal sistem pemanduan, para militan terus berhasil memperbaiki akurasi sasaran roket-roket mereka.

Para ahli seperti dikutip Washington Post, roket-roket yang digunakan Hamas sejak pekan lalu, masih menggunakan teknologi dari konflik terakhir pada 2014. Meskipun, para ahli meyakini, cara atau sistem roket-roket itu diluncurkan sudah berubah.

"Kesan saya bahwa roket-roket yang digunakan oleh militan Palestina saat ini tidak berubah dalam hal teknologi, tapi berbeda dalam hal ukuran dibandingkan dengan 2014," kata Rubin.

 

 

Berdasarkan laporan The Times, roket dengan jangkauan menengah berdasarkan desain milik Iran dan Rusia dapat menjangkau target sampai 40 kilometer. Ada juga roket jarak jauh M-75 dengan teknologi dari Iran dan J-80 yang dinamai untuk menghomarti mantan komandan Hamas, Ahmed al-Jabari, yang terbunuh oleh serangan Israel pada  2012.  

Juru Bicara Hamas Abu Ubaidah pada Kamis (13/5) mengumumkan bahwa pihaknya menggunakan roket baru bernama Ayyash 250. Hamas mengeklaim roket terbaru mereka itu bisa menjangkau sasaran di Tel Aviv hingga sejauh 240 kilometer.

Fabian Hinz, seorang analis intelijen yang berfokus pada misil di Timur Tengah, menyatakan kepada Washington Post bahwa meski para militan telah berusaha menambahkan akurasi pada sistem pemandu roket-roket mereka, belum ada bukti kesuksesannya.

“Memang ada roket yang berhasil menghantam sesuai target, tapi bisa jadi itu bisa jadi tembakan beruntung," kata Hinz.

Selain roket-roket produksi sendiri, menurut Hinz, Hamas juga mendapatkan roket dari dunia luar, seperti Fajr-3 dan Fajr-5 dari Iran dan M302 dari Syria. Para militan juga memperoleh roket-roket jarak menengah hasil selundupan dari perbatasan Mesir, tetapi sejak Abdel Fatah al-Sissi menjadi presiden pada 2013, pasokan dari jalur Mesir terhenti.

Ian Williams, peneliti dari CSIS, menilai, serangan roket terbaru mengungkap pengaruh lebih besar dari Iran terhadap pengembangan persenjataan Hamas. Ia pun meyakini bahwa Hamas saat ini memiliki lebih banyak roket jarak jauh yang akan diluncurkan ke Tel Aviv dan Israel tengah.

"Kita bisa melihat dari volume roket-roket Hamas dan intensitas peluncurannya, ukuran salvo dan koordinasi di antara salvo terlihat lebih besar dari yang pernah kita lihat pada masa lalu," Williams kepada Washington Post.

photo
Merajut hubungan Arab Saudi-Iran - (AP/Reuters/FinancialTimes)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement