Kamis 20 May 2021 06:30 WIB

Badan Pengungsi Palestina Butuh Rp 546 Juta untuk Gaza

UNRWA membutuhkan dana 38 juta dolar AS atau Rp 546 juta untuk bantuan kemanusiaan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Warga Palestina menghadiri pemakaman dua wanita dan delapan anak keluarga Abu Hatab di Kota Gaza, yang tewas setelah serangan udara Israel, Sabtu, 15 Mei 2021.
Foto: AP/Khalil Hamra
Warga Palestina menghadiri pemakaman dua wanita dan delapan anak keluarga Abu Hatab di Kota Gaza, yang tewas setelah serangan udara Israel, Sabtu, 15 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, membutuhkan dana 38 juta dolar AS atau Rp 546 juta (dengan kurs Rp 14.390 per dolar AS) untuk menutupi kebutuhan kemanusiaan di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Hal itu menyusul eskalasi kekerasan di wilayah tersebut.

"Saya terkejut dengan jumlah nyawa warga sipil yang hilang dan infrastruktur telah hancur di Gaza. Saya sama terkejutnya dengan penggunaan kekuatan yang berlebihan pada para demonstran di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. UNRWA segera meningkatkan tanggap darurat kemanusiaan dan membutuhkan dukungan finansial untuk meningkatkannya ke tingkat kebutuhan akut dari populasi yang terkena dampak,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini pada Rabu (19/5) dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.

Baca Juga

UNRWA akan menilai kebutuhan selanjutnya, termasuk rehabilitasi tempat tinggal dan dukungan untuk mata pencaharian setelah situasi keamanan memungkinkan. UNRWA pun menyerukan Israel untuk membuka penyeberangan perbatasan ke Gaza.

"Tidak ada alasan untuk mencegah akses dan melemahkan bantuan kritis kepada orang-orang yang paling terkena dampak," ujar Lazzarini.

Selain itu, UNRWA menekankan pentingnya gencatan senjata. "Gencatan senjata kemanusiaan sangat dibutuhkan untuk memungkinkan bantuan kepada orang-orang di Gaza, termasuk mereka yang telah meninggalkan rumah mereka,” kata Lazzarini.

Menurut dia, eskalasi situasi saat ini di Palestina merupakan konsekuensi langsung dari kegagalan internasional menyelesaikan konflik di sana. Hal itu termasuk solusi yang adil dan langgeng bagi pengungsi Palestina.

“Ini adalah konsekuensi langsung dari pengungsian, pendudukan, dan blokade selama beberapa dekade. Ini mengingatkan kita semua bahwa status quo tidak dapat dipertahankan sampai ada solusi yang adil untuk penderitaan pengungsi Palestina,” kata Lazzarini.

Sejak 10 Mei lalu, Israel telah melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina menyebut, setidaknya 219 warga Gaza telah gugur, termasuk 63 anak-anak dan 36 wanita. Sementara, korban luka sedikitnya mencapai 1.530 orang.

Serangan roket Hamas ke wilayah Israel juga menyebabkan 10 orang tewas. Eskalasi pertempuran antara Hamas dan Israel di Gaza berkaitan dengan memanasnya situasi di Yerusalem Timur, termasuk di sekitar Kompleks Masjid al-Aqsha. Warga Palestina di sana diketahui menggelar demonstrasi menentang rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement