Jumat 21 May 2021 09:59 WIB

Pendekatan Biden ke Israel Beda dengan Trump

Di era Trump, Netanyahu berani membuat keputusan sendiri di tanah Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden Joe Biden berbicara sebelum menandatangani Undang-Undang Kejahatan Kebencian COVID-19, di Ruang Timur Gedung Putih, Kamis, 20 Mei 2021, di Washington.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Joe Biden berbicara sebelum menandatangani Undang-Undang Kejahatan Kebencian COVID-19, di Ruang Timur Gedung Putih, Kamis, 20 Mei 2021, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memiliki pendekatan berbeda dalam menjalin hubungan dengan Israel dibandingkan era Donald Trump. Pernyataan itu muncul saat pertempuran masih berlangsung di Jalur Gaza.

Terkait perkembangan terkini, Psaki mengatakan Israel memiliki hak membela diri jika menghadapi serangan. “Saya akan mengatakan, apa yang menjadi fokus upaya kami adalah menyampaikan di balik layar bahwa Israel memiliki hak membela diri, tetapi sekarang saatnya untuk mengakhiri konflik ini,” katanya dalam konferensi pers pada Kamis (20/5) dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Dia pun menekankan pemerintahan Biden memiliki cara berbeda dalam berurusan dengan Israel dibandingkan Trump. Pada era Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berani membuat keputusan sepihak di tanah Palestina yang diduduki.

“Kami pasti mengalami pergeseran dalam pendekatan kami terkait dengan keterlibatan kami dengan Palestina dari pemerintahan terakhir, termasuk fakta bahwa konsulat ditutup,” kata Psaki.

Saat masih menjabat presiden, Trump diketahui memerintahkan penutupan kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington. Selain itu, dia pun menangguhkan bantuan finansial rutin AS untuk Badan Pengungsi PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Di bawah kepemimpinan Biden, bantuan untuk UNRWA dipulihkan. Biden pun mengatakan akan membuka kembali kantor PLO di Washington. “Jadi kami pasti mengambil pendekatan yang berbeda. Dan kami yakin peran kami di sini bisa menjadi peran di balik layar yang menyampaikan bahwa inilah saatnya untuk mengakhiri konflik,” kata Psaki.

Psaki mengeklaim beberapa pejabat AS telah melakukan diplomasi “diam-diam” untuk mengakhiri konflik Israel dengan kelompok perlawanan Palestina di Gaza. “Setiap nyawa yang hilang, setiap anak yang kehilangan nyawanya, setiap keluarga yang harus meratapi nyawa orang yang dicintai pasti terlalu banyak,” ujarnya.

Sejak 10 Mei lalu, Israel melancarkan agresi ke Jalur Gaza. Aksi itu dilakukan sebagai respons atas serangan roket yang diluncurkan Hamas. Peluncuran roket itu merupakan respons Hamas atas aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel kepada warga Palestina di sekitar kompleks masjid al-Aqsa.

Sejauh ini, setidaknya 232 warga Palestina di Gaza, 65 di antaranya anak-anak, gugur akibat serangan Israel. Sementara serangan Hamas telah menyebabkan 12 warga Israel tewas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement