Sabtu 22 May 2021 08:22 WIB

MUI: Perlu Strategi Diplomasi Negara Muslim Dukung Palestina

Langkah yang diambil pemerintah Indonesia melalui OKI dipandang sudah tepat.

Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari. .
Foto: AP / Mahmoud Illean
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari. .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momentum Idul Fitri merupakan hari kemenangan dan kebahagian. Namun ternyata tidak semuanya merasakan kemenangan dan kebahagiaan terutama mereka yang berada di daerah konflik seperti Palestina. Di momentum hari fitri ini semangat Idul Fitri dapat diwujudkan dalam menyuarakan solidaritas kemanusiaan dengan tetap merawat solidaritas kebangsaan dan kebinekaan yang ada.

Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ali M Abdillah mengatakan momentum Idul Fitri tahun ini bertepatan dengan memanasnya masalah Palestina-Israel. Menurutnya ada tiga hal yang bisa dilakukan bangsa Indonesia untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina yaitu dengan doa, diplomasi, dan bantuan kemanusiaan.

"Karena persoalan Palestina ini ibarat benang kusut, posisi rakyat Palestina terjepit satu sisi antara konflik politik antara elite Palestina seperti fraksi Hamas dan Fatah yang sampai sekarang tidak kunjung selesai. Kemudian di sisi lain dihimpit oleh predator israel," ujar Ali, dalam siaran pers, Sabtu (22/5).

Ali menyebut bahwa seharusnya masalah internal di Palestina itu sudah bisa diatasi, sehingga langkah menghadapi Israel baik diplomasi maupun perang itu satu kata. Ia mencontohkan yang dilakukan Indonesia ketika menghadapi kolonialisme Belanda yang semua tokohnya sepakat satu kata.

 

"Maka untuk mengurai persoalan Palestina itu paling pertama adalah menyelesaikan persoalan internalnya sendiri. Karena mau kita mendukung seperti apa pun tapi yang di dalam negara Palestina itu berantem tidak selesai-selesai ya tidak akan bisa diharapkan bisa tuntas," jelasnya.

Lebih lanjut, dirinya menyampaikan bahwa perlu juga strategi diplomasi terutama dengan negara-negara Muslim. Karena dukungan politik sangat penting bagi Palestina termasuk dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebab ia menyebut bahwa peta di Timur Tengah sendiri tidak solid mendukung Palestina.

"Seperti Turki, di satu sisi mereka mengecam Israel, tapi disisi lain punya bisnis dengan Israel. Begitu juga Yordania, Mesir dan Arab Saudi. Jadi mereka belum satu kata, sehingga kekuatan Israel yang kecil itu dihapadi oleh negara-negara Islam yang terpecah-pecah sehingga tidak mampu menghadapi kekuatan israel yang memang sudah memiliki kekuatan dukungan politik seperti di PBB, kemudian di negara-negara Eropa dan Amerika," ucapnya.

Oleh karena itu, ia mengungkapkan bahwa langkah yang telah diambil oleh pemerintah Indonesia melalui OKI itu sudah tepat. Mendukung Palestina melalui prosedur diplomasi internasional secara tepat dan terukur. Apalagi Ali menjelaskan bahwa OKI juga banyak dikritik karena selama ini tidak bisa berbuat apa-apa dalam membantu palestina.

"Suaranya terlalu lemah dan tidak punya kekuatan untuk bisa diperhatikan oleh pihak Israel. Padahal OKI ini kan gabungan negara-negara muslim,” jelas pria yang akrab disapa Kiai Ali itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement