Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Swesti Melani

Adaptasi Baru di Era Pandemi

Info Terkini | Monday, 24 May 2021, 11:59 WIB

Swesti Melani182180142


Sebelum terjadinya Pandemi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tatap muka, dimana guru dan murid melakukan interaksi langsung dalam melakukan pembelajaran. Namun setelah terjadinya pandemi, masyarakt serta siswa perlu melakukan adaptasi baru mengeni hal tersebut. mulai dari aktivitas yang dibatasi agar tidak tertular virus, hingga pemberlakuan PSBB pada daerah mash zona merah.

Hal ini tentu saja berdampak pada pembelajaran siwa, dimana semua siswa melakukan pembelajaran secara daring. Dari yang awalnya belum mengenal handphone siswa harus memilikinya agar pembelajaran dapat tetap berlangsung. Hal ini tentu saja berbeda dari saat sebelum pandemi dan sesudah pandemi. Pertama, sebelum pandemi, pembelajaran tatap muka wajib dilkaukan semua siswa, sedangakn pada sesuda pandemi siswa tidak wajib mengikuti pembelajaran tkeatap muka bil atidak diijinkan oleh orang tua.

Murid bisa melakukan belajar secara daring di rumah dengan menggunakan platform komunikasi konferensi seperti zoom, google meet dan media belaar lainnya. Kedua, sebelum pandemi seluruh jenjang diwajibkan sekolah, sementara pada saat pandemi jenjang yang perbolehkan untuk kembali ke sekolah mulai drai jenjang jenjang SMP. Ketiga, jadwal masuk sekolah saat sebelum pandemi adalah 5-6 hari kerja, beberapa sekolah ada yang hanya senin sampai jumat bahkkan ada pula yang sampai sabtu. Sementera itu, di sekolah yang diperbolehkan tatap muka pada masa pandemi ini siswa hanya boleh masuk per dua hari sekali atau per kloter.

Keempat, jadwal masuk dan pulang juga berbeda, jadwal masuk adalah pukul 06.30 dan pulang pada sekitar pukul 14.00. sedangkan pada masa pandemi, siswa yang masuk 07.30 dan selesai pulang 11.00 bahkan ada yang kurang dari jam 11.00. Kelima, sekolah yang diperbolehkan buka dan melakukan proses pembelajaran secara tatap muka diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan, face shild, dan mencuci tangan.

Keenam, saat pandemi beberapa fasilitas dan kegiatan sekolah seperti kantin masih dlarang dibuka. Hal ini untuk menghindari para siswa yang berkerumun.Dari hal tersebut, tentu saja perlu adanya pembiasaan agar kita dapat terbiasa selalu mencuci dan tetap menjaga protokol kesehatan.

Pandemi yang belum berakhir hingga saat ini, memaksa pembelajaran agar tetap dilakukan dengan cara daring. Walaupun pembelajaran daring sudah berlaku dari tahun lalu masih ada beberapa kendala yang dihadapi yakni ketidaksiapan guru, siswa dan orang tua serta saran yang kurang memadai, serta daerah uang memiliki kendala sinyal. Dengan munculnya wabah COVID 19 yang belum usai memaksa bahwa sistem pembelajaran konvensional diubah menjadi pembelajaran daring.

Di sisi lain, siswa dan orang tua di tuntut untuk menguasai teknolgi agar tetap dapat mengikuti pembelajaran. Di sisi lainnya, kendala bagi orang tua dan guru yang masih gaptek (gagap teknologi) maka perlu adanya pemahaman sosialisasi agar yang masih gaptek dapat memahami. Dengan hal tersebut tentu saja berdampak pada pebelajaran yang dilkukan secara daring, dampak negatif pembelajaran daring yaitu penurunan capaian belajar, Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama pembelejaran jarak jauh.

Kedua, keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring, anak berisik kehilangan pembelajaran atau learning loss, dimana ketika kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas menghasilkan capaian akademik lebih baik ketimbnag pembellejaran jarak jauh. Ketiga, anak kurang bersosialisasi, dengan dibatasinya aktivitas tentu saja hal ini berpengaruh dimana siswa menjadikurang sosialisasi dan kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Dampak positif pembelajaran daring yaitu anak memiliki banyak waktu d rumah bersama keluarga, metode belajar yang variatif. Ketimbang anak hanya ada di dalam kelas, kini mereka lebih fleksibel belajar dari rumah, anak mampu peka dan beradaptasi dengan perubahan, mau tidak mau anak harus ikut mengekspol teknologi. Tanpa diminta banyak anak-anak lebih piawai dalam mengoperasikan teknologi daripada orang dewasa.

Selanjutnya, sebagian anak nyaman belajar dari rumah karena karena tak ada yang merusak, dengan hal ini orang tua harus tetap mendampingi agar dalam melaksanakan pembelajaran tetap masih terkontrol.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image