Senin 31 May 2021 06:50 WIB

Gaza Bersiap Hadapi Gelombang Virus Usai Bentrokan

Gaza bersiap menghadapi gelombang virus setelah bentrokan mematikan

Relawan Palestina membersihkan puing-puing dan membersihkan jalan di Kota Gaza, pada 29 Mei 2021, lebih dari seminggu setelah gencatan senjata mengakhiri 11 hari permusuhan antara Israel dan Hamas
Foto: Arabnews.com
Relawan Palestina membersihkan puing-puing dan membersihkan jalan di Kota Gaza, pada 29 Mei 2021, lebih dari seminggu setelah gencatan senjata mengakhiri 11 hari permusuhan antara Israel dan Hamas

IHRAM.CO.ID,  GAZA --  Otoritas kesehatan di Gaza mengkhawatirkan gelombang ketiga penyakit COVID-19 setelah tindakan darurat gagal selama 11 hari pertempuran dengan Israel. 

"Warga Gaza kala itu benar-benar lupa tentang bahaya pandemi virus korona  saat pertempuran berkecamuk, kata para pejabat. Gaza telah menyaksikan kehidupan kembali yang panik usai bentrokan yang menewaskan lebih dari 250 orang, melukai 1.950, dan menghancurkan bangunan tempat tinggal dan fasilitas komersial utama.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa mereka sedang berjuang untuk kembali bekerja menghadapi pandemi dengan energi yang sama seperti yang ditunjukkan sebelum konflik meletus. 

Ashraf Al-Qidra, juru bicara kementerian, mengatakan bahwa warga Gaza tidak dapat mengikuti protokol kesehatan dan tindakan pencegahan selama pertempuran. Dia mengatakan bahwa sebelum konflik baru-baru ini, kementerian kesehatan mengharapkan penurunan kurva epidemiologis, tetapi sekarang ada kekhawatiran akan gelombang ketiga pandemi.

Rami Al-Abadla, direktur unit pengendalian keselamatan dan infeksi kementerian, menambahkan bahwa wabah gelombang ketiga virus corona memang bisa muncul. Ini karena ribuan warga Palestina telah diusir dari rumah mereka dan berlindung di fasilitas yang penuh sesak.

"Lebih dari 100.000 warga Palestina diyakini berlindung di rumah dan sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA),'' ujarnya.

Al-Abadla mengatakan bahwa menerapkan kembali langkah-langkah kesehatan yang ketat di Gaza akan sulit. “Orang tidak akan mengikuti tindakan apa pun saat ini setelah menghadapi masa-masa sulit dan hari-hari berbahaya,” katanya.

Contohnya terjadi pada Muhammad Abbas yang termasuk di antara warga yang melarikan diri ke sekolah yang dikelola oleh UNRWA untuk menghindari kekerasan. Abbas mengatakan bahwa dia membawa istrinya yang sedang hamil, lima anak dan ayahnya yang cacat ke sebuah sekolah di kamp Jabaliya di Gaza utara setelah meninggalkan rumahnya di desa Umm Al-Nasr di Beit Lahia, yang dilanda serangan udara Israel.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement