Senin 31 May 2021 19:36 WIB

Iran Berharap Pembicaraan dengan Saudi Buahkan Hasil Positif

Iran mengatakan pembicaraan dengan Saudi masih berlanjut dengan suasana konstruktif

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.
Foto: Saudi Royal Court/Bandar Algaloud
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran mengatakan pembicaraan dengan Arab Saudi masih berlanjut dengan suasana konstruktif. Teheran berharap hal itu dapat membuahkan hasil positif.

“Iran berharap mencapai kesepahaman dengan Arab Saudi. Kami berharap pembicaraan Iran dan Saudi akan berakhir dengan sukses,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dalam pengarahan pers pada Senin (31/5) dilaporkan Tehran Times.

Baca Juga

Khatibzadeh mengungkapkan kedua negara telah mencapai kesepakatan pertama terkait musim haji yang akan datang. Dalam wawancara televisi pada 27 April lalu, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan negaranya bercita-cita memiliki hubungan yang baik dengan Iran.

"Iran adalah negara tetangga dan kami ingin memiliki hubungan yang baik dan terhormat dengannya," kata Pangeran MBS dalam wawancara tersebut.

Dia mengungkapkan Saudi ingin melihat Iran sejahtera dan memiliki kepentingan bersama satu sama lain. “Namun masalah negatif kami adalah tindakan negatifnya seperti program nuklirnya atau dukungan untuk milisi yang dilarang di beberapa negara di kawasan serta program rudal balistik," ujarnya.

Pangeran MBS mengatakan Saudi bekerja dengan mitra-mitranya untuk mengatasi masalah tersebut. “Kami berharap dapat mengatasinya serta memiliki hubungan yang baik dan positif dengan semua orang,” ucapnya.

Pada 18 April lalu, Financial Times menerbitkan laporan yang menyebut bahwa pejabat tinggi Saudi dan Iran telah melakukan pertemuan di Baghdad, Irak. Pertemuan yang berlangsung pada 9 April lalu itu dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara. Dalam menyusun laporannya, Financial Times mengutip pejabat-pejabat terkait yang enggan dipublikasikan identitasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement