Jumat 04 Jun 2021 14:18 WIB

Masyarakat Diajak Berperan Aktif Cegah Pernikahan Dini 

Selain kesehatan reproduksi, pernikahan dini juga menimbulkan masalah sosial.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Arumi Bachsin.
Foto: arsipberita.com
Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Arumi Bachsin.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Arumi Bachsin mengajak, masyarakat membangun kesadaran akan dampak negatif perkawinan di bawah umur ideal. Menurutnya, kesadaran tersebut untuk kesehatan reproduksi remaja (KRR) dan perkembangannya.

Arumi menekankan, pentingnya penurunan angka pernikahan dini. Arumi berpendapat, perkawinan di bawah umur menjadi triad permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Selain permasalahan kesehatan reproduksi, pernikahan dini juga, menurutnya, dapat menimbulkan masalah sosial.

"Usia minimal menikah untuk perempuan itu adalah 21 tahun. Sedangkan laki-laki idealnya 25 tahun. Mereka yang menikah di bawah usia itu, biasanya akan menghadapi permasalahan-permasalahan termasuk aspek sosial," kata Arumi, Jumat (4/6).

Arumi menambahkan, dampak lain dari pernikahan dini adalah perubahan tingkah laku, kestabilan emosi, dan kerusakan serius pada organ tubuh. Bahkan efek terburuknya adalah kematian. 

Arumi menjelaskan, berdasarkan data yang dimilikinya, ibu hamil dan melahirkan dengan rentang usia 10-14 tahun memiliki 5 kali probabilitas kematian lebih tinggi dibanding wanita berusia 20-25 tahun. Sedangkan yang berumur 15 sampai 19 tahun, memiliki 2 kali risiko kematian lebih tinggi dibandingkan umur ideal. 

Dia mengaku, telah mendesain kegiatan dalam upaya edukasi penundaan usia perkawinan dini, pendidikan sebaya untuk remaja putri, edukasi calon pengantin (catin), serta pencegahan dan penanganan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). 

Arumi juga mengajak para orang tua untuk ikut berpartisipasi membentuk remaja berkarakter dengan perencanaan pernikahan yang matang. Sebab, orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan kehidupan anak-anaknya.

"Orang tua seharusnya menjadi sumber informasi dan pendidikan utama bagi anak-anaknya," ujar Arumi.

Upaya tersebut, lanjut Arumi, menjadi bagian dari langkah besar menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045. Dimana seorang remaja harus menjadi individu yang berkompetensi dan berkarakter. 

"Karakteristik dari Generasi Emas ini adalah memiliki pendidikan setinggi mungkin, pekerjaan kompetitif, menikah terencana, aktif dalam kehidupan masyarakat, dan pola hidup sehat sehari-hari," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement